Cerita ini dimulai di bulan agustus tahun lalu, kala saya menyadari terlambat haid dan kemudian berdebar membeli perangkat alat tes urin di sebuah toko murah meriah di centrum wageningen. Dua garis biru segera terlihat setelah saya pergunakan alat itu keesokan harinya. meski sedikit tak percaya, tapi begitulah hasilnya. Kok bisa? yang mana? kapan? kenapa? Beragam pertanyaan bertubi-tubi bermunculan di kepala, mengingat usia saya dan Abahnya anak-anak yang hampir kepala empat dan pengalaman keguguran tiga tahun lalu. Akhirnya, kami menyimpan berita tersebut untuk kami berdua saja. Was-was karena pengalaman keguguran tiga tahun lalu membuat kami tak berani mengabarkannya kepada siapapun, termasuk orangtua di Indonesia. Aktivitas saya tetap sama, bolak-balik bersepeda, naik turun tangga, angkat barang-barang belanjaan orang di sebuah toko favorit di kota sebelah (Ede) dan aktivitas harian lainnya. Satu waktu di Bulan september, ketika flek-flek yang saya alami kemudian bertambah banyak...
Sebuah catatan tentang perjalanan seorang perempuan dalam membersamai Tiga Lelaki tumbuh dan berkembang di Belanda