Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2021

Taman-taman di Wageningen (2)

Usai bongkar-bongkar kenangan foto, memburu foto-foto kala main di taman bersama anak-anak beberapa tahun silam, dan ternyata tak banyak foto yang saya buat. Maksud hati di postingan kali ini, ingin melanjutkan postingan kemarin mengenai taman-taman di Wageningen, tapi ternyata saya tak punya banyak foto, entah kenapa. Barangkali karena saya turut asyik bermain bersama anak-anak, atau ada kalanya ketika kami pergi ke taman bersama kawan lain, saya malah asyik ngobrol bersama mereka, atau kemungkinan pula, saat musim dingin saya begitu enggan untuk mengeluarkan tangan dari saku jaket untuk mengambil beberapa foto, dingin. Sehingga, tak banyak foto yang bisa saya bagi kali ini, lain kali saya harus mengambil foto banyak-banyak.. Bermain di taman bermain saat salju Bermain di Taman bermain Nobelweg bersama teman Bermain air, pasir, dan ayunan di taman Nobelweg bersama teman Bermain bersama teman di saat istirahat makan siang dari sekolah Bermain bola bersama teman-teman dan tetangga di No

Taman-taman di Wageningen (1)

  Saya ingat, di Februari tahun pertama kami tinggal di Wageningen, kami banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Selain karena saat itu masih dingin, juga karena belum banyak kawan yang kami kenal, sehingga gerak kami terbatas, tak tahu akan kemana kalau keluar rumah dan mau apa, selain belanja ke supermarket mencari bahan pangan. Ada masa-masa di mana anak-anak terdiam di rumah menatap luar lewat jendela lebar apartemen kami kala itu. Maklumlah, saya menerapkan TV hanya menyala beberapa saat saja (dan ini sering jadi bahan olokan Abahnya anak-anak yang terbiasa dibesarkan dengan TV menyala sepanjang waktu😅) Di akhir Maret tahun itu, ketika suhu mulai menghangat, kami mulai menjelajahi Wageningen, kota kecil tempat kami tinggal. Anak-anak juga mulai masuk sekolah, sehingga pergaulan kami semakin luas, mulai mengenal teman-teman sekolah dan juga orangtuanya, baik itu orang Indonesia maupun Belanda dan Negara-negara lain. Mulai mengenal sisi-sisi kota Wageningen, supermarket, toko h

Main di Taman, Buat Apa?

  Satu minggu ini anak-anak libur, dan semesta mendukungnya. Cuaca yang cerah dan hangat membuat keceriaan muncul di mana-mana. Taman ramai penuh dengan anak-anak bermain, anak-anak usia 7 tahun ke atas sudah cukup besar untuk bermain sendiri bersama kelompoknya di taman, sedangkan anak-anak balita mengunjungi taman bersama orangtuanya. Masih di Februari, masih di musim dingin, tetapi suhu sudah beranjak naik semenjak salju berakhir dua pekan lalu, dengan suhu siang hari sekitar 12 derajat celcius hingga 19 derajat celsius. Sebuah kondisi yang ideal untuk bermain di luar ruangan. Dan di akhir februari, saban tahunnya, sesuai kalender sekolah, selalu ada libur selama satu minggu, mereka menyebutnya springbreak (meskipun belum spring, entah kenapa..😄). Sebuah jeda dari belajar di bangku sekolah, tanpa tugas, tanpa PR, hanya untuk bermain dan bermain. Begitu juga Huda dan Althaf, mereka berdua menyambut liburan ini dengan suka cita, bermain di taman, bersepeda, berkunjung ke rumah kawa

Apa yang menyenangkan dari tinggal di Belanda?

  Begitu datang ke negara ini, khususnya tinggal di kota kecil, wageningen, kami langsung jatuh cinta. Wageningen, dia disebut kota, karena dalam definisi mereka, sebuah wilayah disebut kota (stad) jika mereka pernah memiliki benteng. Dan Wageningen memilikinya, meski sudah hancur karena perang. Buat kami, bahkan buat beberapa orang yang tidak memahami penyebutan alasan penyebutan kota tersebut, merasa bahwa tinggal di wageningen adalah tinggal di desa. Luasan wilayah perumahan lebih sempit tinimbang luas lahan hijaunya, masih banyak terdapat hutan, dan sering menjadi olokan bahwa jumlah sapi di wageningen lebih banyak dari pada jumlah penduduknya😅. Jadi, apa saja yang membuat kami begitu bahagia tinggal di Wageningen? 1. sepeda Ya, Belanda terkenal sebagai negeri sepeda, jumlah sepeda dengan jumlah penduduknya bukan lagi 1:1, di mana jumlah sepeda lebih banyak dari pada jumlah penduduknya. Seperti keluarga kami, 4 orang, tapi masing-masing kami memiliki 2 sepeda. Maklum, karena

Menjejak Belanda di 2016

24 Februari 2016, pagi sekitar pukul 07.00 CET, pesawat garuda yang kami tumpangi dari Jakarta, tanpa transit, mendarat di Bandara Schiphol, Amsterdam. Wintercoat yang telah kami siapkan dalam koper kabin segera kami buka, dan kenakan sesegera mungkin, sebagai persiapan awal menjejak bumi eropa di musim dingin. Meski Matahari cerah bersinar kala itu, tapi dingin cukup mengejutkan untuk penduduk tropis seperti kami. Dilman, seorang sopir taksi online dari Wageningen yang telah kami hubungi beberapa hari sebelumnya, menanti kami di luar bandara. Ia lah yang membawa kami menuju kota tempat kami akan tinggal kemudian. Di hari pertama tersebut, ia berlaku tak hanya sebagai seorang sopir, tapi juga seorang pemandu, karena kebaikan hatinya pulalah yang membuat kami memiliki satu foto kenangan di depan papan kampus Wageningen, di salah satu gerbang masuknya di sisi timur. Ia membawa kami untuk berhenti sejenak di tempat tersebut, "Kalian harus foto di sini" ujarnya kala itu. Saat

Menikmati Bakso di Wageningen

  Salah satu jajanan yang tidak saya rindukan ketika jauh dari tanah air adalah bakso. Bukan, bukan lantaran ada Mas-mas penjual bakso Malang dengan gerobaknya mangkal di pertigaan Hollandseweg-Nobelweg, tak jauh dari rumah, atau karena ada warung bakso-mie ayam Wonogiri di samping Pantarijn, sebuah sekolah lanjutan tingkat pertama, yang terletak persis di depan rumah. Karena itu semua adalah hal yang mustahil di sini.. Sungguh.. ketika pertama kali menempati apartemen yang saya tinggali saat ini, dan kemudian menyadari posisi apartemen kami yang begitu strategis, saya segera membayangkan.. andainya ini di Indonesia... Tepat di samping apartemen, sebuah taman umum terbentang luas, sekitar 100 x 300 m persegi. Satu hal yang tak pernah habis-habis saya syukuri. Di tempat inilah, Huda dan Althaf, dua anak laki-laki saya menghabiskan waktunya, bermain dan bercanda bersama tetangga-tetangga sebaya. Lapangan basket dengan satu ring lengkap dengan kursi penonton terletak di salah satu ujung

Ayam Fillet, Di masak Apa Enaknya..?

Kemarin, berhubung sendirian di rumah, karena anak-anak dan Abahnya pergi ke Leiden, saya menghabiskan waktu selama berjam-jam di dapur. 1.5 kg ayam paha fillet yang tersimpan dalam tiga bungkusan di freezer saya keluarkan sedari shubuh. Mumpung badan sehat dan pingin makan enak, akhirnya siang itu, usai dhuhur saya bersiap tempur di dapur. 3 bungkus fillet ayam bagian paha, pingin dibuat menjadi jajanan yang enak tapi simple. akhirnya... terpikirlah beberapa jajanan berbahan ayam fillet dengan komposisi resep yang hampir mirip (biar ga ribet). Apa itu? Pangsit rebus, Batagor, dan sempol, yang tentu saja ayam sebagai bahan bakunya, tanpa tambahan udang atau ikan. Resepnya? ini yang saya pakai: Resep Pangsit Rebus Bahan: 500 gram ayam fillet 50 gram tapioka 1 sendok teh merica bubuk 1 sendok teh bawang putih bubuk 3 sendok teh garam 1 sendok makan minyak wijen 1 sendok makan saus tiram daun bawang air 75 ml Resep Batagor: 500 gram ayam fillet 130 gram tapioka 1 sendok t

Bacaan apa yang Ibu sediakan tuk anak-anak?

Sebuah refleksi untuk diri sendiri Laman youtube Sonya Safer muncul di beranda Youtube saya pagi ini. Saya memang mengikuti laman channelnya di youtube. Seperti yang pernah saya ceritakan di blog ini beberapa waktu lalu, saya tertarik pada pola pengasuhan a la Charlotte Mason, dan Sonya Safer adalah salah satu penggiatnya, ia banyak membagikan pengalamannya di Simply Charlotte Mason. Saya tak ingin terburu atau tergesa mengikutinya, saya ingin menikmati pembelajarannya perlahan. Oleh karena itulah, saya menyelaminya berlahan. Dan hari ini, pagi ini, saya menikmati uraiannya tentang bacaan untuk anak usia prasekolah, buku-buku bergambar untuk anak prasekolah. Bagaimanakah kriteria sebuah buku bergambar yang bagus menurut Sonya Safer? Di laman youtubenya berjudul How to Choose a Good Picture Book, Sonya Safer menyatakan bahwa ada banyak sekali Buku bergambar di toko buku ataupun perpustakaan, sehingga ada banyak sekali buku yang tersedia untuk anak-anak prasekolah. Dan membaca buku be

Salju di Wageningen 2021

  Februari... Selama beberapa februari kami tinggal di Wageningen, Belanda, ada beberapa Februari yang kami lalui dengan salju. Ya, Februari adalah salah satu bulan di musim winter, musim dingin (di belahan bumi bagian utara), yang diawali dari tanggal 21 Desember hingga 20 Maret tahun berikutnya. Beberapa tahun tinggal di Belanda, kami akhirnya menyadari, salju tak turun setiap hari selama musim dingin, ia tak seperti hujan di musim penghujan yang bisa saja turun setiap hari, pagi, siang, atau malam. Selama Desember - Maret tersebut, ia akan turun tiga - empat kali saja, bahkan pernah hanya sekali dan bergegas mencair sebelum menjejak tanah. Letak geografis Belanda yang dekat dengan lautan membuat angin laut terkadang membawa salju menjauh dari Belanda kemudian menjatuhkannya ke tempat-tempat lain. Ketika beberapa kawan di Belgia, Jerman atau Perancis mewartakan salju lewat laman media sosialnya, kami, yang tinggal di Belanda hanya bisa menanti sembari berharap akan datangnya salju

Memulai Hidup Baru di Wageningen (Belanda)

Februari, selalu mengingatkan saya akan masa-masa memulai hidup baru di Benua Eropa, tepatnya di Belanda. Di sebuah kota kecil di tengah Belanda, sebuah kota yang dihidupkan karena keberadaan Universitas Pertanian Tua, Wageningen. Dan karena Universitas tersebutlah, saya berada di sini, lima tahun lalu. Saya, sekeluarga, dua dewasa, dua anak, memulai hidup baru di Wageningen karena tugas belajar Suami di Wageningen University and Research (WUR) dengan biaya LPDP. Bukan hal yang mudah, memulai kehidupan baru di sebuah lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum keberangkatan, begitu pula ada banyak hal yang perlu dipersiapkan di awal-awal kedatangan, sembari beradaptasi dengan lingkungan baru. Surat ijin tinggal atau Visa Schengen adalah hal pertama yang harus kami pastikan sebelum berangkat. Yang kedua, rumah, sebagai tempat tinggal, tempat bernaung dan berlindung adalah hal kedua yang kami pikirkan. Tidak mudah,