Langsung ke konten utama

Memulai Hidup Baru di Wageningen (Belanda)

Februari, selalu mengingatkan saya akan masa-masa memulai hidup baru di Benua Eropa, tepatnya di Belanda. Di sebuah kota kecil di tengah Belanda, sebuah kota yang dihidupkan karena keberadaan Universitas Pertanian Tua, Wageningen.
Dan karena Universitas tersebutlah, saya berada di sini, lima tahun lalu. Saya, sekeluarga, dua dewasa, dua anak, memulai hidup baru di Wageningen karena tugas belajar Suami di Wageningen University and Research (WUR) dengan biaya LPDP.

Bukan hal yang mudah, memulai kehidupan baru di sebuah lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan sebelumnya. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan sebelum keberangkatan, begitu pula ada banyak hal yang perlu dipersiapkan di awal-awal kedatangan, sembari beradaptasi dengan lingkungan baru.

Surat ijin tinggal atau Visa Schengen adalah hal pertama yang harus kami pastikan sebelum berangkat.

Yang kedua, rumah, sebagai tempat tinggal, tempat bernaung dan berlindung adalah hal kedua yang kami pikirkan. Tidak mudah, tapi bisa. Karena status suami adalah Phd Student (pelajar), kami memiliki akses untuk memperoleh rumah lewat jasa idealis, salah satu pihak ketiga yang dipercaya oleh Universitas untuk menyediakan rumah bagi pelajar, termasuk rumah untuk keluarga.
Ada banyak jasa penyedia rumah di Wageningen, selain idealis ada juga jasa penyedia rumah yang lain.
(akan saya ceritakan di lain waktu)


Yang ketiga, kartu identitas (verblijf) dan asuransi. Semenjak dari Indonesia, kami telah membuat janji dengan pihak ketiga Universitas yang mengurus urusan pendatang, yaitu kantor Expat center. Lewat jasa ini kami mendapatkan kartu identitas dan dihubungkan dengan pihak asuransi, dua hal yang harus kami miliki untuk bisa tinggal di Belanda.

Yang keempat tentu saja, hal yang utama, Suami bertemu dengan supervisor Phd, berkenalan secara langsung dan membuat janji temu berikutnya untuk pembicaraan lebih lanjut tentang rencana penelitiannya selama Phd (ini bukan ranah saya😄).

Yang kelima, Bank.

Yang keenam, sekolah anak-anak. Sebuah cerita panjaang, yang ingin saya ceritakan esok hari🥰.


Barangkali ada yang terlewat, karena cerita ini adalah cerita lima tahun yang lalu...
Saya ingin selalu mengenangnya...❤❤

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2020! Menulis (lagi)!

Saya, haruskah memperkenalkan diri (lagi)? Setelah sekian lama tak menulis, memulai kembali menulis rasanya seperti malam pertama, deg-deg-an tapi penasaran😳. Meski tak berlangsung lancar di saat pertama, nyatanya selalu terulang lagi, dan lagi, semoga begitu juga dengan menulis. Niatan bertahun-tahun lalu untuk rajin menulis, ternyata tak kunjung terlaksana, tengoklah ke belakang, Banyaknya tulisan yang terpajang di beranda ini, masih bisa dihitung dengan jari saban tahunnya. Sebab apa? Saya, Ibu rumah tangga, haruskah saya memperkenalkan diri (lagi)? Seseorang berkata, menjadi ibu rumah tangga akan membuatmu kehilangan hobi. Oh ya?? Membaca cerpen dan novel, menonton film di layar TV, mendengarkan cerita seorang kawan dan sesekali menulis adalah hal-hal menyenangkan yang biasa saya lakukan di waktu luang di kala saya belum berumah tangga. Kemudian, kesibukan rumah tangga hadir mengisi waktu-waktu yang tersisa di bangku kuliah, hingga kemudian tanpa sadar, dalam satu hari, semu...

Hari gini baru nge-blog.....? (2)

Merujuk lagi ke teorinya Abraham Maslow, seperti yang saya baca di kompas , harga diri adalah perasaan seseorang bahwa dirinya berharga, merefleksikan kebutuhan akan kekuatan untuk berprestasi, berkuasa dan kompeten di bidang tertentu sehingga yakin dalam menghadapi dunia sekelilingnya. Sedangkan aktualisasi diri merupakan realisasi seluruh potensi untuk menjadi kreatif dan bertindak bebas. Kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri masing-masing orang tidaklah sama dan perwujudan pemenuhannya pun tidak sama. Bagi saya, blog adalah media yang dapat saya pakai untuk memenuhi kebutuhan saya akan harga diri dan aktualisasi diri. Menurut saya ada 2 hal yang menarik di dunia blogging, yang pertama adalah teknik membuat tampilan fisik blog dan yang kedua teknik membuat materi blog. Ketika hari gini baru mulai nge-blog, saya seharusnya bisa membuat catatan online ini tak hanya sebatas catatan yang di-online-kan, saya seharusnya bisa membuat catatan ini menarik, dari segi tampilan fis...

Bermain banyak-banyak di Taman Bermain yang banyak

Entah, ada berapa banyak taman bermain di tempat kami tinggal, Wageningen, ini. Jumlahnya lumayan banyak untuk sebuah kota kecil, dengan luas 32.36 km persegi, dan dengan jumlah penduduk 38.774 orang (menurut wikipedia, 2019). Barangkali memang menjadi kebijakan pemerintah, di setiap lingkungan perumahan, selalu saja ada tersedia taman bermain anak. Anak-anak menyebutnya "speeltuin", bahasa belanda dari play ground atau taman bermain. Taman-taman tersebut pun beragam, ada yang luas, ada yang sempit, ada yang berpasir, ada yang berair (disediakan pompa air untuk anak-anak bermain air). Jenis mainannya pun beragam, ada yang menyediakan lapangan bola, lapangan basket, arena bermain sepeda, arena bermain sepatu roda, arena jumpalitan🤣 (parkour), area olahraga otot, atau mainan-mainan sekadar selayaknya sebuah taman bermain seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, rumah-rumahan, pasir, air, rumput. Musim semi dan musim panas (seperti sekarang) adalah masanya anak-anak be...