Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

Posyandu - Tempat Konsultasi Bayi - di Belanda

  Pagi ini saya akan membawa Ashfa ke tempat semacam posyandu di Indonesia, yang lokasinya sekitar 1 km dari rumah. Saya biasanya menuju tempat tersebut dengan berjalan kaki sembari menikmati udara pagi yang sejuk, khas musim semi. Namanya CB-GGD Wageningen, yang artinya Het Consultatiebureau - Gementelijke Gezondheidsdiensten Wageningen atau Biro Konsultasi Dinas Kesehatan Wageningen. Di tempat inilah bayi-bayi di Wageningen dipantau pertumbuhan dan perkembangannya secara rutin mulai usia 1 bulan hingga 4 tahun. Seperti yang pernah saya ceritakan sebelumnya, kurang lebih satu minggu pertama kehidupan Ashfa (dan bayi-bayi lainnya di Belanda) dipantau oleh Bidan melalui Kraamzorg. Di masa satu minggu tersebut, biasaya di hari kedua atau ketiga semenjak kelahiran bayi, akan ada satu petugas dari GGD yang datang untuk melakukan beberapa tes kesehatan terhadap bayi (insyaallah akan saya ceritakan kemudian di lain hari). Di Usia dua minggu, petugas kesehatan dari GGD akan datang, Melani

Pasar di Wageningen

Pasar adalah tujuan ketiga kami saat kami jalan-jalan di Centrum Wageningen sabtu lalu. Sebuah pasar terbuka di ujung centrum Wageningen. Kami biasa menyebutnya Openmarkt, barangkali karena memang kondisinya yang "open" alias terbuka, berbeda dengan pasar modern atau supermarket yang merupakan bangunan tertutup. Openmarkt ini termasuk ciri khas Belanda. Ia selalu ada di setiap kota-kota di Belanda, baik itu kota kecil seperti Wageningen ini atau kota besar seperti Utrecht dan Amsterdam. Dan biasanya, openmarkt dilaksanakan di sebuah tempat terbuka, di dekat gereja, di pusat kota. Openmarkt di Wageningen ini diselenggarakan dua kali setiap pekan, yaitu di hari rabu dan sabtu. Saya lebih suka mengunjunginya di pagi hari sebenarnya, saat pasar belum terlalu ramai dan bisa berburu kepala atau tulang salmon di gerai ikan. Tapi kemarin, kami tiba di pasar menjelang sore, pekerja-pekerja di gerai ikan sudah mulai mengemasi barang-barangnya, tak ada lagi kepala dan tulang salmon (i

Bibliotheek: Perpustakaan

Tujuan kami kedua, setelah mengisi perut lapar di Kruimig Frietmakerij kemarin adalah perpustakaan kota. Kami lebih sering menyebutnya bibliotheek tinimbang perpustakaan karena bahasa belanda dari perpustakaan adalah Bibliotheek, dan anak-anak lebih terbiasa dengan penyebutan bibliotheek tersebut. Bibliotheek ini terletak di seberang Kruimig Frietmakerij. Kami hanya perlu menyeberang jalan (yang tak begitu ramai) dan melewati sepeda-sepeda yang berjejer di parkiran sepeda di depan bibliotheek. Sebuah bangunan 3 lantai, lantai dasar dan pertama dipergunakan sebagai bibliotheek, sedangkan lantai kedua disewakan sebagai tempat tinggal (satu hal umum yang terdapat di Belanda, lantai dasar untuk toko atau kantor dan lantai atas untuk tempat tinggal, sebagai sebuah pemaksimalan pemakaian lahan dan bangunan di daerah perkotaan). Di bagian lantai dasar terbagi menjadi beberapa bagian,  yaitu bagian sebelah kiri pintu masuk terdapat ruangan berisi buku-buku anak-anak dan ruang baca area anak,

Sabtu di Wageningen

  Sabtu siang di Wageningen. Kami melangkahkan kaki keluar rumah sekitar pukul 13.00. Bis 86 dari Halte nobelweg yang mengantarkan kami menuju centrum Wageningen, tak seberapa jauh, hanya sekitar 10an menit saja. Suhu berada di kisaran 15 derajat celsius dan matahari cerah bersinar, sempurna untuk menikmati hari di luar rumah. Kami - saya, althaf, dan ashfa - bertiga saja karena Huda menemani Abahnya pergi ke acara halal bilhalal keluarga alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) di kota Groningen. Kruimig Frietmakerij tujuan pertama kami. Kedai kentang goreng favorit kami di Wageningen. saya segera memesan 2 kentang goreng, satu dengan saus ketchup (saos tomat) untuk althaf dan satu dengan saus curry untuk saya. Di Indonesia, kentang goreng disebut dengan istilah French Fries alias gorengan (dari) Perancis. Ini meniru cara orang Amerika menyebut kentang goreng. Konon katanya, saat perang dunia (entah perang dunia pertama atau perang dunia kedua), orang Amerika terkesima dengan makanan

Menghadirkan Bakso di Rumah

Bakso, siapa yang tak kenal? siapa pula yang tak suka? pasti semua akan senang dan gembira ketika menu ini terhidang di meja. Meski di cuaca panas, menu ini akan hadir menyegarkan, dan di cuaca dingin, menu ini hadir menghangatkan. apalagi kalau dipadukan dengan segelas teh melati, sedap!! Tak cuma di Indonesia, tapi juga di Belanda (oleh orang-orang Indonesia). Hari ini saya berencana membuat bakso di dapur saya. Seingat saya, semenjak Ashfa lahir, saya hanya sekali membuat bakso, tak tanggung-tanggung, langsung 6 resep. Tapi saya perlu minta tolong seorang teman baik untuk menemani Ashfa kala itu. Kali ini, Ashfa sudah cukup besar untuk bisa bermain bersama kakak-kakaknya sementara saya sibuk di dapur. Bahan 6 resep bakso sudah saya siapkan. satu kali resep yang saya buat biasanya akan menjadi sekitar 55 butir bakso ukuran sedang. Cukup untuk persediaan beberapa minggu ke depan, menjamu beberapa tamu yang rencananya akan datang ke rumah di bulan Juni. Daging sapi giling dan daging

Menulis sebagai Terapi

Hari masih pagi ketika saya membuka laman instagram. Bayi empat belas bulan saya masih tidur, sehingga saya memiliki sedikit waktu untuk diri saya sendiri. Ada yang menarik (bagi saya) di salah satu postingan di Instagram beberapa hari lalu tapi saya tak sempat membukanya kala itu. Jadilah pagi tadi saya memasang headphone, mendengarkan Instagram live dari akun Cerita Abadi, yang membahas tentang "Menulis untuk kesehatan mental Ibu". Materi tersebut disampaikan oleh seorang psikolog klinis, Nurindah Fitria. Beberapa waktu terakhir, laman akun Cerita Abadi memang sering menuliskan tentang manfaat menulis untuk para Ibu. Psikolog tersebut menyampaikan bahwa dari sisi psikologi, menulis merupakan kegiatan yang penting, karena bisa menjadi alat untuk menuangkan isi pikiran kita. Menulis laksana kegiatan merapikan pikiran-pikiran yang ruwet membuat "mumet", menjadi tertata. Sehingga menulis bisa menjadi bagian dari terapi. Sebagai tambahan catatan di awal, menulis h

Ramadhan di Belanda (Wageningen)

Syawal hampir berakhir. Tapi saya belum juga menulis tentang Ramadhan di Wageningen. Yah begitulah manusia, seringkali membuat rencana berderet-deret yang tampak begitu manis, asyik, seru dan nyata; tetapi seringkali lupa, ada faktor x yang membuat rencana-rencana tersebut buyar begitu saja. Bisa jadi karena faktor-faktor dari luar bahkan bisa jadi karena faktor-faktor dari dalam diri sendiri. Malas atau sekadar pikiran "besok saja, ah!" sudah cukup untuk membuat rencana-rencana tersebut tetap sebuah rencana😅. Oleh karena itu, disinilah saya, menuliskan ingatan-ingatan mengenai Ramadhan di Wageningen, Ramadhan di Eropa, yang tentu saja jauh berbeda dengan ramadhan di tanah air. Sepi.. Di tanah air, bulan Ramadhan barangkali menjadi bulan paling sibuk, dari segi sosial, ekonomi, bahkan politik semuanya bergerak. Masjid-masjid di kampung-kampung, komunitas-komunitas di masyarakat, sekolah-sekolah bahkan kantor-kantor tempat bekerja semua menyelenggarakan kegiatan ramadhan, s

Mengunjungi Sesepuh di den Haag

Kami berangkat pagi. Bis nomor 86 yang mengantarkan kami pukul 09.07 melaju perlahan menuju stasiun Ede-Wageningen. Satu keluarga dan seorang teman yang lain kami temui di Bis tersebut, kami memang sepakat untuk berangkat bersama. Dua pilih menit kemudian, pukul 09.23, Bis tiba di Stasiun Ede-Wageningen. Sebuah stasiun yang terletak di antara kota Wageningen dan kota Ede. Sebuah stasiun kecil dengan 4 spoor (jalur kereta), tetapi meski kecil, Stasiun Ede-Wageningen termasuk stasiun yang sibuk, mengingat keberadaan Universitas Wageningen di kota Wageningen.  Kereta-kereta yang berhenti di stasiun Ede-Wageningen inilah yang mengantarkan mahasiswa menunju kampus pertanian tertua di kota Wageningen. --- Kami segera menuju peron 3, dan menanti kereta ke arah Schippol. Tak seperti di Indonesia, kereta-kereta di Belanda ini tak diberi nama, seperti kereta Lodaya jurusan Jogja-Bandung, atau kereta Argo. Meski masing-masing kereta memiliki nomor seri, tapi kereta-kereta tersebut tidak disebu

(2) Halal bilhalal di Belanda

  Kami makan ketupat kemarin, lengkap dengan anekaragam lauk pauk khas Indonesia: Rendang, sate ayam, lodeh labu siam, gulai ayam, lodeh tahu, tumis tahu, perkedel, ayam asam manis, kerupuk, karak dan entah menu apalagi yang terhidang di mejanya yang penuh. Tak lupa pula hidangan pendampingnya: bakwan udang, tempe mendoan ketumbar, pisang goreng, dadar gulung, lumpia, bolu pandan, teh, kopi dan cendol. Saya sampai bolak balik minum 3 gelas cendol saking nikmatnya:) Menu-menu tersebut terhidang di Masjid Al Hikmah Den Haag, pada sore hari minggu, 15 Mei 2022 di acara Halal bilhalal komunitas Tombo Ati dan PCI NU Belanda. Boleh jadi kami tinggal di Belanda, tapi budaya-budaya di tanah air yang menghangatkan hati tetap kami lestarikan di perantauan ini. Seperti mengadakan suatu acara dengan bergotong royong: sebagian menyiapkan tempat, sebagian menyiapkan hidangan, sebagian yang lain menyiapkan acara dan sisanya hadir turut meramaikan. Layaknya sebuah acara halal bilhalal di Indonesia,

Moederdag: Selamat Hari Ibu

  Hari itu Ia bangun siang, seperti biasa. Bukannya segera sarapan seperti yang biasa Ia lakukan, tetapi malah mengatakan ingin pergi ke gudang, di bawah. Segera Ia mengenakan jaket, dan menghilang dibalik pintu. Gudang kami memang terletak di bawah, di lantai di bawah tanah, bersama dengan gudang-gudang penghuni apartemen lainnya. Di sana kami menyimpan semua perkakas-perkakas perabotan rumah yang tak terpakai atau jarang terpakai. Salah satu ciri khas rumah Belanda adalah keberadaan gudang atau tempat penyimpanan, meski memang tidak setiap rumah atau apartemen memilikinya, tetapi hampir 80% memilikinya. ... Tak lama kemudian ia datang, membawa 3 kuntum bunga. satu mawar merah, satu mawar kuning dan satu ester putih. Masing masing dikemas cantik. "Tiga bunga dari Mas Huda, Adik Althaf dan dik Ashfa untuk Ibu" katanya. Saya, yang kala itu sedang menemani Althaf dan Ashfa bermain di sofa merah, terkejut. "Sebenarnya kalau orang belanda, hari ini Mas Huda yang siapkan