Langsung ke konten utama

Menghadirkan Bakso di Rumah


Bakso, siapa yang tak kenal? siapa pula yang tak suka? pasti semua akan senang dan gembira ketika menu ini terhidang di meja. Meski di cuaca panas, menu ini akan hadir menyegarkan, dan di cuaca dingin, menu ini hadir menghangatkan. apalagi kalau dipadukan dengan segelas teh melati, sedap!! Tak cuma di Indonesia, tapi juga di Belanda (oleh orang-orang Indonesia).
Hari ini saya berencana membuat bakso di dapur saya. Seingat saya, semenjak Ashfa lahir, saya hanya sekali membuat bakso, tak tanggung-tanggung, langsung 6 resep. Tapi saya perlu minta tolong seorang teman baik untuk menemani Ashfa kala itu.
Kali ini, Ashfa sudah cukup besar untuk bisa bermain bersama kakak-kakaknya sementara saya sibuk di dapur. Bahan 6 resep bakso sudah saya siapkan. satu kali resep yang saya buat biasanya akan menjadi sekitar 55 butir bakso ukuran sedang. Cukup untuk persediaan beberapa minggu ke depan, menjamu beberapa tamu yang rencananya akan datang ke rumah di bulan Juni.

Daging sapi giling dan daging ayam saya beli beberapa waktu lalu di toko daging Ivan  milik pengungsi dari Syria. Setelah saya kemas perresep, kemudian saya bekukan di freezer. Pagi tadi sudah saya keluarkan dari freezer.
Tepung tapioka saya dapatkan dari Toko barang-barang Asia, Toko Indrani, tak jauh dari Ivan. Sementara bumbu-bumbu bubuk seperti bawang putih bubuk dan merica bubuk biasa saya beli di supermarket Lidl.

Iya, hanya daging sapi giling, ayam, tepung tapioka, bawang putih bubuk, merica bubuk, garam dan air yang saya perlukan untuk membuat bakso. Tentu saja bahan utamanya bisa diganti, tergantung pada bakso yang akan dibuat. Bisa diganti menjadi daging sapi semua, baik itu menggunakan daging sapi biasa atau daging sapi berurat, atau daging sapi giling, bisa juga campuran daging sapi dan daging ayam, atau jika ingin membuat bakso ayam bisa menggunakan daging ayam semuanya. Bahkan bisa juga bakso udang atau ikan, dengan berbagai macam jenis ikan yang tersedia.

Sebagai pelengkap bakso, biasanya ada mihun, mie kuning, tahu, pangsit, daun bawang, seledri, dan bawang goreng. Mihun, dengan nama pasaran mihun juga bisa ditemukan dengan mudah di supermarket-supermarket di Belanda ini. Begitu juga mie kuning kering dengan nama eieren mie (atau mie telur) juga bisa ditemukan dengan mudah di supermarket. Tahu juga bukan bahan pangan yang asing di negeri ini, supermarket
menyediakan tahu (mereka menyebutnya tofu) yang disuplai oleh pabrik tahu yang juga ada di Belanda. Kulit pangsit baik itu untuk pangsit rebus atau pangsit goreng, bisa dibeli di Toko Indrani.

Tapi hari ini, persediaan di almari dapur saya sayangnya tak selengkap itu. Cukuplah dengan Mihun, mie kuning, daun bawang dan bawang goreng. Selamat Makan;)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

God Create World, Dutch...

Empat tahun tinggal di Belanda, membuat saya bisa sedikit mengerti bagaimana Orang-orang Belanda itu... Hangat, to the point tapi juga pintar berbasa-basi (tapi ngga mbulet-mbulet seperti orang jawa 😅), dan karakter yang menonjol adalah pede alias tingkat kepercayaan diri mereka sangat tinggi. Setiba di negara ini, 24 Februari 2016 lalu, segera saya mendengar sesumbar "God Created World, Dutch created the Netherlands". Nether artinya lembah, Netherlands adalah tanah yang rendah. Sekitar 30% daratan Belanda berada di bawah permukaan laut, sebagian hanya sekitar satu meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai besar mengalir di negara ini, Sungai Rhine , Sungai Maas , Sungai Ijssel , dan Sungai Scelt , menyebabkan daratan Belanda berada di lembah-lembah sungai. Dengan kondisi geografi yang demikian, Belanda menjadi negara yang sangat rentan terhadap banjir. Tercatat, di tahun 1953, terjadi banjir besar dengan ribuan korban jiwa di Belanda.  Sejak itu, mereka belajar,

Juli - kepanikan mencari sekolah

  Juli, akan selalu mengingatkan saya pada masa-masa liburan sekolah. Dan mulai tahun ini, dan beberapa tahun mendatang, secara berkala, akan menjadi bulan-bulan yang disibukkan dengan kegiatan mencari - mendaftar sekolah untuk anak-anak. Tahun-tahun sebelum ini, setidaknya selama enam tahun ini, bulan Juli menjadi bulan yang paling menyenangkan. Karena di bulan inilah anak-anak memulai libur musim panasnya, sehingga perasaan yang muncul hanyalah senang, senang, dan senaaaang🤣. Nonton film (hampir) setiap hari, naik kereta api berkunjung ke museum, menikmati keramaian kota, menginap di rumah teman, barbeque, atau sekadar berjalan-jalan atau sepedaan menikmati sore di Wageningen dan yang paling menyenangkan adalah tak perlu bangun pagi-pagi 🤣, selama enam minggu. Tapi mulai tahun ini, bulan Juli akan memiliki kisah yang lain, bagi kami sekeluarga. Dan Juli tahun ini adalah Juli peralihan. Sebuah peralihan dari dua budaya pendidikan. Kami akan meninggalkan Belanda sebentar lagi. Bu

obat hectic

 Setelah semua keriuhan pindahan kemarin, ada penghiburan yang datang bertubi-tubi untuk kami, sekeluarga. Tuan rumah yang teramat sangat baik, ramah, hangat, yang menyediakan game 24jam tuk anak-anak; berjumpa dengan beberapa kawan-kawan lama di acara syukuran kawan yang barusaja mendapatkan pekerjaan di kota Praha, dan undangan makan siang di rumah Tante Vero. Mereka semua menyuguhkan makanan-makanan yang lezat yang tak sekadar mengisi perut kami yang kelaparan tapi juga menghangatkan hati kami.  Makanan, dimanapun itu, selalu berhasil menyatukan pribadi-pribadi yang berbeda, selama perut terisi penuh, hati akan pula terisi penuh. Tante Vero, perempuan baik hati yang kami kunjungi hari ini, adalah seorang Indonesia yang menikah dengan pria warga negara belanda. Sejak 2014 ia bersama suaminya membuka usaha warung makan di Wageningen. Radjawali nama warungnya.