Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2020

Di rumah? Ya masak aja..

Satu waktu dahulu, seorang kawan bertanya apa yang saya lakukan sekarang. Tanpa pikir panjang "di rumah aja" lah jawaban saya, karena memang begitu masa itu, tinggal di rumah bersama bayi kecil. "Masak-masak donk" timpalnya. Saat itu, karena keberadaan bayi kecil, saya tak punya banyak waktu bebas untuk memasak, bahkan bisa makan dan mandi dengan tenang saja, sudah bersyukur bahagia. Saya merasakannya sekarang, saat saya punya banyak waktu luang, saya suka sekali berada di dapur. Seperti hari ini, hari libur tanpa agenda keluar rumah, jadilah saya kutak-katik dapur. Nasi Briyani kambing eksperiment pertama saya. Setidaknya ada 3 teman dekat yang ahli memasak menu seperti ini, baik itu nasi kebuli atau nasi briyani, dan itu membuat saya penasaran untuk mencobanya. Sayangnya, percobaan pertama masih kurang memuaskan, meski bapaknya anak-anak bilang enak, bahkan anak sulung bilang enak sekali! Coba lagi bulan depan heheheh....

Tong Tji & Vermeer

Saya suka pagi seperti ini, meski dingin, tapi Tong tji dan Vermeer hadir menemani sarapan bersama Mas Ganteng di sebelah. Di ujung sana, sepiring nasi goreng tersaji di meja, masih panas. Vermeer adalah seorang pelukis dari Delft, Belanda. Ia hidup di tahun 1600an. Sosok perempuan tempat Tong tji tergantung itu adalah salah satu karyanya. "Het Melkmeid" atau "Het Melkmeisje" judul lukisan tersebut. Gambaran seorang pekerja rumah tangga. Foto kedua adalah gambar utuh "Het Melkmeid" yang dipajang di Rijkmuseum Amsterdam. Terimakasih tuk beberapa kawan, yang karenanya, saya dan Mas Ganteng di sebelah bisa terus menyeruput nikmatnya teh-teh melati khas Indonesia.

Tempeh di Eropa

Saya bersyukur, Bapaknya anak-anak selalu membawa saya ke negeri tempe. Negeri di mana tempe tersedia di toko ASIA atau bahkan di supermarket lokal. Seperti di Belanda ini, saya tetap bisa menikmati tempe, merekapun menyebut tempe dengan tempeh! Kangen mendoan? Tinggal naik sepeda ke supermarket kemudian ambil tempe, tepung dan minyak. Tempe mendoanpun segera terhidang di meja.  Kangen kering tempe? hayuuuk😋   Tempeh yang saya nikmati ini diproduksi di Belanda, oleh Soy bean Company yang beralamat di Kerkrade, The Netherlands. dan seperti bahan pangan lain yang di jual di eropa, tempeh ini dikemas disertai label yanng cukup lengkap, yang memberikan informasi mengenai komposisinya (kedelai yang sudah dimasak, tepung beras, dan ragi tempe) dalam bahasa belanda, inggris, jerman dan perancis. Keragaman bahasa ini barangkali disebabkan karena pasar yang disasar produsen tempe ini terdapat di negara-negara tersebut.

Nyonya-Nyonya Belanda Belajar Masak Dendeng Balado

Namanya Gendis, ia yang membawa saya sampai terlibat di kegiatan ini. Acara masak-masak beberapa orang dengan tema menu Indonesia. Acara kecil, tak lebih dari sepuluh orang, tetapi meski hanya acara masak-masak dan makan-makan, kegiatan ini mengawali sebuah langkah besar dan panjang di depan nanti. Ia seperti saya, datang ke kota kecil Wageningen untuk menemani suami menyelesaikan studi S3. Hanya bedanya, ia mengisi waktu luang kala suami di kantor dengan menjadi sukarelawan di Voedselbank*) Neder Veluwe tak jauh dari tempatnya tinggal. Ialah pemilik ide awal seluruh kegiatan ini. Keterlibatannya di Voedselbank membuatnya tergerak untuk membangun kegiatan yang sama di kampung halamannya, Bandung. Dan kegiatan masak-masak kami kemarin adalah salah satu langkah awal untuk kegiatan penggalangan dana membangun Voedselbank di Bandung. Nyonya nyonya Belanda belajar masak menu Indonesia Makan bersama usai masak Relawan pengajar (masak-masak) 😉, Gendis-Gita-fifi. Kegiat

2020! Menulis (lagi)!

Saya, haruskah memperkenalkan diri (lagi)? Setelah sekian lama tak menulis, memulai kembali menulis rasanya seperti malam pertama, deg-deg-an tapi penasaran😳. Meski tak berlangsung lancar di saat pertama, nyatanya selalu terulang lagi, dan lagi, semoga begitu juga dengan menulis. Niatan bertahun-tahun lalu untuk rajin menulis, ternyata tak kunjung terlaksana, tengoklah ke belakang, Banyaknya tulisan yang terpajang di beranda ini, masih bisa dihitung dengan jari saban tahunnya. Sebab apa? Saya, Ibu rumah tangga, haruskah saya memperkenalkan diri (lagi)? Seseorang berkata, menjadi ibu rumah tangga akan membuatmu kehilangan hobi. Oh ya?? Membaca cerpen dan novel, menonton film di layar TV, mendengarkan cerita seorang kawan dan sesekali menulis adalah hal-hal menyenangkan yang biasa saya lakukan di waktu luang di kala saya belum berumah tangga. Kemudian, kesibukan rumah tangga hadir mengisi waktu-waktu yang tersisa di bangku kuliah, hingga kemudian tanpa sadar, dalam satu hari, semu