Langsung ke konten utama

Nyonya-Nyonya Belanda Belajar Masak Dendeng Balado

Namanya Gendis, ia yang membawa saya sampai terlibat di kegiatan ini. Acara masak-masak beberapa orang dengan tema menu Indonesia. Acara kecil, tak lebih dari sepuluh orang, tetapi meski hanya acara masak-masak dan makan-makan, kegiatan ini mengawali sebuah langkah besar dan panjang di depan nanti.
Ia seperti saya, datang ke kota kecil Wageningen untuk menemani suami menyelesaikan studi S3. Hanya bedanya, ia mengisi waktu luang kala suami di kantor dengan menjadi sukarelawan di Voedselbank*) Neder Veluwe tak jauh dari tempatnya tinggal. Ialah pemilik ide awal seluruh kegiatan ini. Keterlibatannya di Voedselbank membuatnya tergerak untuk membangun kegiatan yang sama di kampung halamannya, Bandung. Dan kegiatan masak-masak kami kemarin adalah salah satu langkah awal untuk kegiatan penggalangan dana membangun Voedselbank di Bandung.


Nyonya nyonya Belanda belajar masak menu Indonesia




Makan bersama usai masak

Relawan pengajar (masak-masak) 😉, Gendis-Gita-fifi.

Kegiatan penggalangan dana rencananya akan dilakukan dengan Kegiatan makan malam yang dihadiri oleh anggota Rotary Club*) dengan harga 25e perorang pada akhir bulan februari tahun ini. Menunya? tentu saja menu Indonesia, semacam Dendeng balado, ayam suwir sambal matah, urap, kering tempe dan beberapa menu lain yg masih dipertimbangkan. 
Jumat kemarin, bersama Gendis dan Gita, beberapa Ibu rekan kerja Gendis di Voedselbank belajar masak menu Indonesia, 3 orang Belanda dan seorang Tanzania. Mereka cukup familiar dengan sambal dan juga tempe. Bahkan seorang Ibu yang pada awalnya tak menyukai tempe karena menurutnya "tasteless" justru menjadi suka sekali dengan tempe setelah tahu cara memasak tempe menjadi kering tempe dengan menampahkan bumbu-bumbu dan kecap manis. Cara mengolah daging sapi untuk memasak dendeng balado juga menarik menurut mereka, direbus, digepuk, digoreng baru kemudian dicampur dengan bumbu balado. (bersambung....)


*) Voedselbank atau Food Bank dalam Bahasa Inggris merupakan sebuah organisasi nirlaba yang bergerak dibidang makanan dengan tujuan untuk memdistribusikan makanan kepada orang-orang yang kesulitan.
*) Rotary club merupakan organisasi sosial yang beranggotakan pensiunan-pensiunan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

God Create World, Dutch...

Empat tahun tinggal di Belanda, membuat saya bisa sedikit mengerti bagaimana Orang-orang Belanda itu... Hangat, to the point tapi juga pintar berbasa-basi (tapi ngga mbulet-mbulet seperti orang jawa 😅), dan karakter yang menonjol adalah pede alias tingkat kepercayaan diri mereka sangat tinggi. Setiba di negara ini, 24 Februari 2016 lalu, segera saya mendengar sesumbar "God Created World, Dutch created the Netherlands". Nether artinya lembah, Netherlands adalah tanah yang rendah. Sekitar 30% daratan Belanda berada di bawah permukaan laut, sebagian hanya sekitar satu meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai besar mengalir di negara ini, Sungai Rhine , Sungai Maas , Sungai Ijssel , dan Sungai Scelt , menyebabkan daratan Belanda berada di lembah-lembah sungai. Dengan kondisi geografi yang demikian, Belanda menjadi negara yang sangat rentan terhadap banjir. Tercatat, di tahun 1953, terjadi banjir besar dengan ribuan korban jiwa di Belanda.  Sejak itu, mereka belajar,

Juli - kepanikan mencari sekolah

  Juli, akan selalu mengingatkan saya pada masa-masa liburan sekolah. Dan mulai tahun ini, dan beberapa tahun mendatang, secara berkala, akan menjadi bulan-bulan yang disibukkan dengan kegiatan mencari - mendaftar sekolah untuk anak-anak. Tahun-tahun sebelum ini, setidaknya selama enam tahun ini, bulan Juli menjadi bulan yang paling menyenangkan. Karena di bulan inilah anak-anak memulai libur musim panasnya, sehingga perasaan yang muncul hanyalah senang, senang, dan senaaaang🤣. Nonton film (hampir) setiap hari, naik kereta api berkunjung ke museum, menikmati keramaian kota, menginap di rumah teman, barbeque, atau sekadar berjalan-jalan atau sepedaan menikmati sore di Wageningen dan yang paling menyenangkan adalah tak perlu bangun pagi-pagi 🤣, selama enam minggu. Tapi mulai tahun ini, bulan Juli akan memiliki kisah yang lain, bagi kami sekeluarga. Dan Juli tahun ini adalah Juli peralihan. Sebuah peralihan dari dua budaya pendidikan. Kami akan meninggalkan Belanda sebentar lagi. Bu

obat hectic

 Setelah semua keriuhan pindahan kemarin, ada penghiburan yang datang bertubi-tubi untuk kami, sekeluarga. Tuan rumah yang teramat sangat baik, ramah, hangat, yang menyediakan game 24jam tuk anak-anak; berjumpa dengan beberapa kawan-kawan lama di acara syukuran kawan yang barusaja mendapatkan pekerjaan di kota Praha, dan undangan makan siang di rumah Tante Vero. Mereka semua menyuguhkan makanan-makanan yang lezat yang tak sekadar mengisi perut kami yang kelaparan tapi juga menghangatkan hati kami.  Makanan, dimanapun itu, selalu berhasil menyatukan pribadi-pribadi yang berbeda, selama perut terisi penuh, hati akan pula terisi penuh. Tante Vero, perempuan baik hati yang kami kunjungi hari ini, adalah seorang Indonesia yang menikah dengan pria warga negara belanda. Sejak 2014 ia bersama suaminya membuka usaha warung makan di Wageningen. Radjawali nama warungnya.