Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Teruslah Belajar, Teruslah Bertumbuh..

Saya tersentil. Meski saya tahu, Ia tidak bermaksud menyentil saya, karena Ia tidak mengenal saya. Tapi tulisan pendeknya yang terbuka di laman facebook menyadarkan saya, tentang saya yang banyak maunya, mau ini, mau itu, semua-semua diingini, homeschool - blog - instagram - youtube - masak ini - masak itu - ilmu pangan - fotografi - bahasa Inggris - ... Ya memang bisa sih, tapi serba sedikit-sedikit, dan tidak ada yang betul-betul jadi. Saat ini, saya sedang senang belajar menulis, fotografi setengah-setengah karena tidak juga pergi berburu foto, berusaha konsisten mendengarkan youtube tentang pangan dalam bahasa inggris mininal satu kali sehari, lalu kutak kutik aplikasi edit foto atau video tiap kali usai melakukan perjalanan. Sedangkan masak-masak, terakhir kali bereksperimen, saya bereksperimen dengan adonan bakso, sudah lama sekali. Apakah kemudian saya menjadi chef terkenal? atau minimal 'selebgram chef' seperti Dilla Sina, Xanders kitchen atau Icha Irawan? belum juga

Ringkas cerita: Sekolah Dasar di Belanda selama Covid 19 (1)

Seorang kawan bertanya, pagi ini, mengenai bagaimana sekolah anak-anak, yang saat ini sedang sekolah di sekolah umum OBS de Tarthorst, Wageningen diselenggarakan di masa pandemi ini. Saya pun kemudian berusaha mengingat-ingat.. Markt Rutte, Perdana Menteri Belanda, pada tanggal 13 Maret, telah memberikan pernyataan untuk meminimalisir kegiatan di kantor-kantor dan juga universitas. Saat itu, meski Universitas dinyatakan tutup, tetapi belum ada pengumuman yang menyatakan sekolah akan ditutup, dengan mempertimbangkan bahwa lingkungan tempat anak-anak sekolah bukanlah lingkungan internasional (pasa saat itu, kasus covid yang terjadi disebabkan karena adanya kontak si penderita dengan lingkungan internasional, berlibur dari Italia) Akhir pekan di minggu tersebut, Mark Rutte kembali mengeluarkan pernyataan bahwa sekolah-sekolah, dan juga tempat penitipan anak akan ditutup, sehingga pada tanggal 16 Maret sekolah secara serentak resmi ditutup, meski belum ada kegiatan online apapun, ka

Menyusuri Kota Cantik Nijmegen

14.30 CET Kami berada di tepian sungai Wall, di pinggiran kota Nijmegen. *** 16.30 CET Semangkuk bakso hangat menyambut kedatangan kami di kediaman Yus Broesma. Kuah panas, bening, nan gurih menghangatkan badan kami yang lelah setelah mengayuh sepeda lebih 30 km. Bihun dan Mie telur cukup mengisi perut yang sangat kelaparan . Tapi tak cuma itu, nasi kebuli olahan Pak Hasyim yang legendaris, ayam bakar kalasan, ikan bakar, gulai kambing, salad, siomay, dadar gulung, semangka, anggur, jeruk. (aah...benarlah, menjadi Indonesia itu "mangan ra mangan, asal ngumpul" hanyalah sebuah mitos😂😂) Yus Boersma, mewakili tuan rumah, menyampaikan pesan "be courious and keep learning, buka mata dan belajarlah banyak dari negara ini, negara tempat saat ini menjadi tempat kita belajar, ambil sebanyak-banyaknya, untuk nanti menjadi bekal kembali ke Indonesia". *** Nijmegen. kota tertua di Belanda. Kami menikmatinya hari ini. Di akhir pekan terakhir di bulan Juni. Saya

Catatan Zulfia (5)

Catatan Zulfia (5) Kala mengikuti kelas menulis As Laksana As Laksana dalam salah satu emailnya menyatakan, bahwa apa yang Ia tuliskan adalah sebuah pelatihan untuk kepenulisan fiksi. Meskipun demikian, Ia berharap, para penulis-penulis non fiksi pun tetap bisa bersuka-cita menikmati tulisan-tulisan yang Ia kirimkan via email. Dan inilah yang terjadi pada saya, saya tak berkeinginan untuk menulis sebuah novel ataupun cerita pendek. Imajinasi saya tak cukup tinggi untuk menciptakan tokoh, membangun karakter, memunculkan konflik, sekaligus juga memikirkan penyelesaiannya. Saya tak tertarik ke arah sana. Sederhana saja, saya hanya ingin menuliskan perjalanan saya. Perjalanan yang menurut saya teramat berharga jika hanya dilalui begitu saja. Saya ingin menuliskannya, saya ingin memceritakannya, saya ingin membaginya. Dan karena saya tak begitu suka bicara, maka menulislah jalan satu-satunya. Tapi kemudian saya tersadar, yang akan saya lakukan adalah menceritakan kisah perjalanan s

Catatan Zulfia (4)

Catatan Zulfia (4) Kala mengikuti kelas menulis As Laksana As Laksana menuliskan, sebelum dunia secanggih sekarang, orang-orang menggunakan cerita untuk mengajarkan bagaimana cara menjalani kehidupan. Saya kemudian menemukannya di buku Joseph Cornell tentang seorang naturalis Skotlandia: John Muir, kehidupanku bersama alam, atau Wallace, seorang naturalis dari Inggris, yang memaparkan alam dalam tulisan-tulisannya yang termuat dalam banyak buku. Buku-buku Joseph Cornell atau Wallace tersebut merupakan buku sains yang dituliskan dengan cara naratif, banyak fakta-fakta yang disampaikan dengan gaya bahasa yang indah. Kemudian, As Laksana melanjutkan, kehidupan semakin maju, gaya menulis naratif semakin ditinggalkan. Barangkali maksud As Laksana adalah ketika buku-buku hanya merupakan kumpulan-kumpulan fakta, tanpa keindahan irama dan tata bahasa penulisannya. Tapi kemudian, As Laksana melihat orang-orang kembali mempelajarinya saat Harvard Bisniss Revieuw menuliskan "Storytellin

Menikmati Pancake Asli Belanda di Panorama Hoeve

Siang terasa semakin terik. Suhu udara semakin naik. sekitar satu minggu ini suhu terendah di 16 derajat celcius dan tertinggi 27 derajat celcius. Musim panas sudah dimulai. Kami menikmati awal musim panas ini dengan mengayuh sepeda bersama beberapa kawan, akhir minggu kemarin. Melintasi ladang peternakan, ladang gandum,ladang jagung, dan tengah hutan untuk menuju satu tempat di daerah Bennekom, sekitar 6 km dari rumah. Panorama Pannenkoeken tempat yang kami tuju. Sebuah tempat makan yang khusus menyajikan pannenkoeken. Makanan khas belanda, yang sebenarnya ada juga di negara kulit putih lainnya. Pancake dalam bahasa Inggris. Crepes dalam bahasa Perancis. Pfaankucken dalam bahasa Jerman. Tortitta dalam bahasa spanyol. Albert Hijn  dalam website resminya menuliskan resep dasar pannenkoeken atau pancake ini: 300 gram tepung terigu, 1 sendok teh garam, 2 butir telur, 500 ml susu, dan 30 gram mentega tawar. Tepung terigu diayak bersama garam dalam sebuah mangkuk yang besar. Telur d

Catatan Zulfia (3)

Catatan Zulfia (3)  Kala mengikuti kelas menggambar dengan kalimat As Laksana 19 Juni 2020 Saya suka dan terkesima pada email keenam yang As Sulaksana kirimkan pada saya. Ia menulis tentang kalimat yang bercerita. Ini sebentuk dan sebangun dengan satu hal lain yang juga sedang saya pelajari akhir-akhir ini, yaitu tentang living book, salah satu prinsip belajar metode Charlotte Mason, tapi saya tidak akan membahasnya sekarang, bulan depan barangkali. -           -   - - Kembali ke As Laksana, Ia mengatakan, bahkan tulisan-tulisan non fiksi pun bisa sama kuatnya dengan non fiksi jikalau penulisnya mampu menghidupkan cerita. Ia kemudian mencontohkan tulisan Joan Didion di kumpulan esainya Slouching Towards Bethehem : Ada sesuatu yang tidak mengenakkan di udara Los Angeles siang ini, keheningan yang tak wajar, dan juga ketegangan. Itu berarti malam ini Santa Ana akan mulai bertiup, angin panas dari timur laut akan merangsek turun melalui Cajon Pass, meledakkan badai pasi

Catatan Zulfia (2)

Catatan Zulfia (2) Kala mengikui kelas menggambar dengan kalimat As Laksana Barangkali ada yang bertanya, siapa itu As Laksana. Saya belum lama mengenalnya. Kalau tidak salah ingat, saya mulai mengenal namanya sekitar akhir tahun lalu. Ketika beberapa kawan penggiat homeshooler sekaligus penggiat literasi di laman facebook saya di waktu yang hampir bersamaan mengutarakan kekecewaannya pada keputusan dewan juri sayembara cerita anak yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta. As Laksana adalah salah satu dari 3 orang dewan juri yang ditunjuk di sayembara cerita anak tersebut. Di antara ketiganya, As Laksana lah yang berperan sebagai juru bicara. Dari sikap berani, tegas, sekaligus galak dan bertanggungjawab itulah yang kemudian membuat saya menjadi tertarik. Kemudian menelusur ke laman facebooknya dan menemukan tulisan-tulisannya. Di laman - laman media online tempat ia menulis, seperti kumparan atau detik, ia disebutkan sebagai wartawan, sastrawan dan juga kritikus sastra.

Catatan Zulfia (1)

CATATAN ZULFIA (1) (Kala mengikuti Kelas Menggambar dengan Kalimat AS Laksana)  16 Juni 2020 Akhir-akhir ini, setidaknya dua hari terakhir ini, saban pagi, saya berusaha menciptakan rutinitas baru. Mencoba memahami kata demi kata yang dikirimkan AS Laksana via email sekitar sebulan lalu. Dia pernah memberi saran. “Lakukan di waktu yang sama setiap harinya”.   Dan di sinilah saya sekarang. Di kursi merah, di sudut rumah, dengan layar terbuka memaparkan barisan-barisan kata yang Ia kirimkan. Ditemani detak-detak jarum jam yang bergerak terus melaju. Sesekali deru mesin mobil terdengar lirih dari balik jendela. Saya sudah membaca semua tulisan yang ia kirimkan, tapi keterbatasan membuat saya tidak mudah memahaminya. *** 17 Juni 2020 Pagi ini matahari bersinar terang, membuat sisi timur rumah menjadi hangat sekaligus silau. Tirai di samping kursi merah tempatku biasa duduk, aku tutup. Tapi tetap saja, seperti kemarin, aku lebih banyak membaca tinimbang men