Langsung ke konten utama

Sabtu di Wageningen

 Sabtu siang di Wageningen. Kami melangkahkan kaki keluar rumah sekitar pukul 13.00. Bis 86 dari Halte nobelweg yang mengantarkan kami menuju centrum Wageningen, tak seberapa jauh, hanya sekitar 10an menit saja. Suhu berada di kisaran 15 derajat celsius dan matahari cerah bersinar, sempurna untuk menikmati hari di luar rumah.


Kami - saya, althaf, dan ashfa - bertiga saja karena Huda menemani Abahnya pergi ke acara halal bilhalal keluarga alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) di kota Groningen.
Kruimig Frietmakerij tujuan pertama kami. Kedai kentang goreng favorit kami di Wageningen. saya segera memesan 2 kentang goreng, satu dengan saus ketchup (saos tomat) untuk althaf dan satu dengan saus curry untuk saya.
Di Indonesia, kentang goreng disebut dengan istilah French Fries alias gorengan (dari) Perancis. Ini meniru cara orang Amerika menyebut kentang goreng. Konon katanya, saat perang dunia (entah perang dunia pertama atau perang dunia kedua), orang Amerika terkesima dengan makanan yang di makan oleh orang-orang Perancis, kemudian saat perang usai mereka mengadopsi menu orang Perancis tersebut dan menyebutnya sebagai French fries. Padahal di Eropa, makanan ini memiliki beberapa nama, di Belanda mereka menyebutnya Patat, di Belgia mereka menyebutnya Frieten, di Jerman mereka menyebutnya Pommes.

Ada yang unik dari kentang goreng yang disajikan di Kruimig (juga di kedai-kedai kentang goreng di Belanda lainnya). Ukuran potongan-potongan kentang yang disajikan besar-besar, meski tidak sebesar untuk dibuat wedges (kentang untuk  pendamping daging/ayam di sajian makan malam/makan siang), tapi juga tidak kecil-kecil seperti kentang goreng yang biasa dikenal di Indonesia. Selain itu mereka mengolah kentang tanpa di kupas kulitnya. Beberapa pendapat memang menyebutkan bahwa senyawa-senyawa kimia yang terdapat di bagian bawah kulit buah dan juga kulit buah tersebut (pada umumnya) merupakan senyawa-senyawa yang bermanfaat untuk tubuh kita.

Jikalau berkunjung di kedai-kedai kentang goreng, kita akan menjumpai glundungan-glundungan kentang dalam karung-karung besar. Kentang-kentang tersebut kemudian di potong dengan alat pemotong tanpa dikupas terlebih dahulu, kemudian digoreng dalam minyak banyak dan panas (deep fry). Bumbu seperti garam dan rempah-rempah lain (tergantung kedai) akan ditambahkan setelah kentang digoreng. Dan terakhir, sebagai topping, ada banyak pilihan saus yang disiapkan. kita bisa memilihnya dari daftar yang telah dituliskan di daftar menu.

Oh ya, kentang-kentang ini digoreng setelah kita memesannya, jadi kita perlu menunggu beberapa saat untuk bisa menikmati kentang di Kruimig Frietmakerij ini. Pastikan jika Anda ingin membeli kentang goreng di kedai-kedai semacam ini perut tidak dalam keadaan kosong sama sekali, karena aroma sedap gorengannya akan menyiksa perut lapar menjadi semakin lapar 😆.

Selamat Makan😋😋

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2020! Menulis (lagi)!

Saya, haruskah memperkenalkan diri (lagi)? Setelah sekian lama tak menulis, memulai kembali menulis rasanya seperti malam pertama, deg-deg-an tapi penasaran😳. Meski tak berlangsung lancar di saat pertama, nyatanya selalu terulang lagi, dan lagi, semoga begitu juga dengan menulis. Niatan bertahun-tahun lalu untuk rajin menulis, ternyata tak kunjung terlaksana, tengoklah ke belakang, Banyaknya tulisan yang terpajang di beranda ini, masih bisa dihitung dengan jari saban tahunnya. Sebab apa? Saya, Ibu rumah tangga, haruskah saya memperkenalkan diri (lagi)? Seseorang berkata, menjadi ibu rumah tangga akan membuatmu kehilangan hobi. Oh ya?? Membaca cerpen dan novel, menonton film di layar TV, mendengarkan cerita seorang kawan dan sesekali menulis adalah hal-hal menyenangkan yang biasa saya lakukan di waktu luang di kala saya belum berumah tangga. Kemudian, kesibukan rumah tangga hadir mengisi waktu-waktu yang tersisa di bangku kuliah, hingga kemudian tanpa sadar, dalam satu hari, semu...

Belajar menulis (lagi..lagi..)

 Perempuan itu tampaknya sedang kesulitan menempatkan dirinya, tampaknya sedikit kehilangan arah. Beberapa waktu yang lalu ia begitu menyukai dunia tulis menulis, bahkan sesungguhnya ia sudah memulai blogging barangkali sekitar sepuluh tahun yang lalu. Akan tetapi satu ucapan kecil dari seseorang meruntuhkan dunianya.  Orang itu menyatakan "ngapain nulis kalau cuma untuk dibaca sendiri?" Ya, perempuan itu memang menulis untuk dirinya sendiri, meski ia menuliskannya di platform blogging yang memungkinkan tulisannya untuk dibaca oleh orang lain, tetapi perempuan itu tidak mempublikasikan tulisannya, bahkan ketika kemudian pemakaian media sosial merebak, perempuan itu juga tidak membagikan tulisan-tulisannya lewat media sosial yang ia miliki.  Haruskan seseorang menulis karena tujuan orang lain? Perempuan itu bernama zulfia, dan ia sedang meneguhkan lagi tujuannya menulis. Tak apa jika ia menulis hanya untuk dirinya sendiri, Ia tentu punya cerita, dan tak apa jika ia hanya b...

Bermain banyak-banyak di Taman Bermain yang banyak

Entah, ada berapa banyak taman bermain di tempat kami tinggal, Wageningen, ini. Jumlahnya lumayan banyak untuk sebuah kota kecil, dengan luas 32.36 km persegi, dan dengan jumlah penduduk 38.774 orang (menurut wikipedia, 2019). Barangkali memang menjadi kebijakan pemerintah, di setiap lingkungan perumahan, selalu saja ada tersedia taman bermain anak. Anak-anak menyebutnya "speeltuin", bahasa belanda dari play ground atau taman bermain. Taman-taman tersebut pun beragam, ada yang luas, ada yang sempit, ada yang berpasir, ada yang berair (disediakan pompa air untuk anak-anak bermain air). Jenis mainannya pun beragam, ada yang menyediakan lapangan bola, lapangan basket, arena bermain sepeda, arena bermain sepatu roda, arena jumpalitan🤣 (parkour), area olahraga otot, atau mainan-mainan sekadar selayaknya sebuah taman bermain seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, rumah-rumahan, pasir, air, rumput. Musim semi dan musim panas (seperti sekarang) adalah masanya anak-anak be...