Langsung ke konten utama

Bibliotheek: Perpustakaan


Tujuan kami kedua, setelah mengisi perut lapar di Kruimig Frietmakerij kemarin adalah perpustakaan kota. Kami lebih sering menyebutnya bibliotheek tinimbang perpustakaan karena bahasa belanda dari perpustakaan adalah Bibliotheek, dan anak-anak lebih terbiasa dengan penyebutan bibliotheek tersebut.

Bibliotheek ini terletak di seberang Kruimig Frietmakerij. Kami hanya perlu menyeberang jalan (yang tak begitu ramai) dan melewati sepeda-sepeda yang berjejer di parkiran sepeda di depan bibliotheek. Sebuah bangunan 3 lantai, lantai dasar dan pertama dipergunakan sebagai bibliotheek, sedangkan lantai kedua disewakan sebagai tempat tinggal (satu hal umum yang terdapat di Belanda, lantai dasar untuk toko atau kantor dan lantai atas untuk tempat tinggal, sebagai sebuah pemaksimalan pemakaian lahan dan bangunan di daerah perkotaan). Di bagian lantai dasar terbagi menjadi beberapa bagian,  yaitu bagian sebelah kiri pintu masuk terdapat ruangan berisi buku-buku anak-anak dan ruang baca area anak, area balita, satu ruang kantor, dan satu bagian bertingkat berisi kursi-kursi untuk menonton pertunjukan; sedangkan di sebelah kanan pintu masuk, terdapat kursi-kursi baca, rak-rak majalah dan juga piano. Koleksi-koleksi buku untuk dewasa dengan beragam bahasa terletak di lantai atas (sebagai catatan di Belanda ini, lantai yang sejajar dengan tanah disebut lantai dasar atau lantai 0, dan lantai di atasnya baru disebut sebagai lantai pertama).

Kami langsung menuju area balita  "kleuters n peuters". Satu area lesehan di atas karpet lebar dengan rak-rak khusus berisi buku-buku kleuters dan peuters.  Ada 4 rak berbentuk persegi setinggi perut dewasa di karpet tersebut, masing-masing sisi juga bagian atas rak tersebut penuh dengan buku buku balita. Ada bagian khusus berisi buku-buku kain, ada bagian khusus berisi puzzle-puzzle kayu, dan sisanya berupa buku karton tebal atau buku penuh gambar dan tulisan-tulisan besar khas buku balita, tentu saja dalam bahasa Belanda. Di area ini, bangku-bangku kecil warna-warni ditata untuk anak anak kecil duduk membaca buku. Ada juga sebuah kursi besar berwarna merah menyala yang bisa digunakan untuk orangtua membacakan buku anak-anaknya, atau kakek nenek membacakan buku cucu-cucunya.

Saat kami datang, ada seorang bapak sedang menjejer buku di bangku kecil bersama tiga anaknya yang masih kecil-kecil, kesemuanya laki-laki. Mereka sedang memilah buku mana yang akan dibawa pulang dan buku mana yang akan di baca di tempat. Bisa dipastikan, anak-anak tersebut, seperti juga Huda dan Althaf, memiliki kartu anggota bibliotheek. Dengan kartu tersebut masing-masing anak memiliki hak untuk meminjam buku bibliotheek sebanyak 15 buku selama satu bulan, dan bisa diperpanjang juga jikalau masih belum puas membaca buku tersebut.

Di tempat seperti ini, di tempat lapang penuh dengan buku, anak-anak bisa bertahan berjam-jam. Sebuah tempat yang rutin kami kunjungi jikalau pergi ke centrum Wageningen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2020! Menulis (lagi)!

Saya, haruskah memperkenalkan diri (lagi)? Setelah sekian lama tak menulis, memulai kembali menulis rasanya seperti malam pertama, deg-deg-an tapi penasaran😳. Meski tak berlangsung lancar di saat pertama, nyatanya selalu terulang lagi, dan lagi, semoga begitu juga dengan menulis. Niatan bertahun-tahun lalu untuk rajin menulis, ternyata tak kunjung terlaksana, tengoklah ke belakang, Banyaknya tulisan yang terpajang di beranda ini, masih bisa dihitung dengan jari saban tahunnya. Sebab apa? Saya, Ibu rumah tangga, haruskah saya memperkenalkan diri (lagi)? Seseorang berkata, menjadi ibu rumah tangga akan membuatmu kehilangan hobi. Oh ya?? Membaca cerpen dan novel, menonton film di layar TV, mendengarkan cerita seorang kawan dan sesekali menulis adalah hal-hal menyenangkan yang biasa saya lakukan di waktu luang di kala saya belum berumah tangga. Kemudian, kesibukan rumah tangga hadir mengisi waktu-waktu yang tersisa di bangku kuliah, hingga kemudian tanpa sadar, dalam satu hari, semu...

Belajar menulis (lagi..lagi..)

 Perempuan itu tampaknya sedang kesulitan menempatkan dirinya, tampaknya sedikit kehilangan arah. Beberapa waktu yang lalu ia begitu menyukai dunia tulis menulis, bahkan sesungguhnya ia sudah memulai blogging barangkali sekitar sepuluh tahun yang lalu. Akan tetapi satu ucapan kecil dari seseorang meruntuhkan dunianya.  Orang itu menyatakan "ngapain nulis kalau cuma untuk dibaca sendiri?" Ya, perempuan itu memang menulis untuk dirinya sendiri, meski ia menuliskannya di platform blogging yang memungkinkan tulisannya untuk dibaca oleh orang lain, tetapi perempuan itu tidak mempublikasikan tulisannya, bahkan ketika kemudian pemakaian media sosial merebak, perempuan itu juga tidak membagikan tulisan-tulisannya lewat media sosial yang ia miliki.  Haruskan seseorang menulis karena tujuan orang lain? Perempuan itu bernama zulfia, dan ia sedang meneguhkan lagi tujuannya menulis. Tak apa jika ia menulis hanya untuk dirinya sendiri, Ia tentu punya cerita, dan tak apa jika ia hanya b...

Bermain banyak-banyak di Taman Bermain yang banyak

Entah, ada berapa banyak taman bermain di tempat kami tinggal, Wageningen, ini. Jumlahnya lumayan banyak untuk sebuah kota kecil, dengan luas 32.36 km persegi, dan dengan jumlah penduduk 38.774 orang (menurut wikipedia, 2019). Barangkali memang menjadi kebijakan pemerintah, di setiap lingkungan perumahan, selalu saja ada tersedia taman bermain anak. Anak-anak menyebutnya "speeltuin", bahasa belanda dari play ground atau taman bermain. Taman-taman tersebut pun beragam, ada yang luas, ada yang sempit, ada yang berpasir, ada yang berair (disediakan pompa air untuk anak-anak bermain air). Jenis mainannya pun beragam, ada yang menyediakan lapangan bola, lapangan basket, arena bermain sepeda, arena bermain sepatu roda, arena jumpalitan🤣 (parkour), area olahraga otot, atau mainan-mainan sekadar selayaknya sebuah taman bermain seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, rumah-rumahan, pasir, air, rumput. Musim semi dan musim panas (seperti sekarang) adalah masanya anak-anak be...