Langsung ke konten utama

Taman-taman di Wageningen (1)

 Saya ingat, di Februari tahun pertama kami tinggal di Wageningen, kami banyak menghabiskan waktu di dalam rumah. Selain karena saat itu masih dingin, juga karena belum banyak kawan yang kami kenal, sehingga gerak kami terbatas, tak tahu akan kemana kalau keluar rumah dan mau apa, selain belanja ke supermarket mencari bahan pangan.

Ada masa-masa di mana anak-anak terdiam di rumah menatap luar lewat jendela lebar apartemen kami kala itu. Maklumlah, saya menerapkan TV hanya menyala beberapa saat saja (dan ini sering jadi bahan olokan Abahnya anak-anak yang terbiasa dibesarkan dengan TV menyala sepanjang waktu😅)

Di akhir Maret tahun itu, ketika suhu mulai menghangat, kami mulai menjelajahi Wageningen, kota kecil tempat kami tinggal. Anak-anak juga mulai masuk sekolah, sehingga pergaulan kami semakin luas, mulai mengenal teman-teman sekolah dan juga orangtuanya, baik itu orang Indonesia maupun Belanda dan Negara-negara lain. Mulai mengenal sisi-sisi kota Wageningen, supermarket, toko halal, toko asia, toko serba ada murah meriah (action), toko barang bekas tempat kami berburu barang tuk mengisi rumah, dan juga menyadari ada banyak taman bermain yang bisa bebas kami kunjungi.

Di tahun pertama ini pula, Althaf yang kala itu berusia 4 tahun, mulai belajar naik sepeda roda dua di sebuah parkiran kosong di samping rumah. Dengan sepeda bekas yang saya beli di Emmaus, sebuah toko barang bekas, Ia belajar bersepeda.
Segera saja, kami bisa bersepeda dan menjelajahi taman-taman bermain di Wageningen.

Ada berapa banyak taman bermain di Wageningen? Buanyuaaaakkk... 😆 hingga saat musim panas, saatnya liburan sekolah, kami bisa menikmati Wageningen hanya dengan mengelilinginya dan berhenti di tiap-tiap taman yang kami temui, tanpa bosan, baik itu saat bersama kawan lain ataupun saat hanya saya dan anak-anak (karena Abahnya masih bekerja di kampus, meski libur musim panas). Karena setiap taman bermain yang kami temui, selalu memiliki ragam permainan yang berbeda, ayunan, perosotan, halang rintang, pasir, air dan lain-lain. 
Bersambung...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

God Create World, Dutch...

Empat tahun tinggal di Belanda, membuat saya bisa sedikit mengerti bagaimana Orang-orang Belanda itu... Hangat, to the point tapi juga pintar berbasa-basi (tapi ngga mbulet-mbulet seperti orang jawa 😅), dan karakter yang menonjol adalah pede alias tingkat kepercayaan diri mereka sangat tinggi. Setiba di negara ini, 24 Februari 2016 lalu, segera saya mendengar sesumbar "God Created World, Dutch created the Netherlands". Nether artinya lembah, Netherlands adalah tanah yang rendah. Sekitar 30% daratan Belanda berada di bawah permukaan laut, sebagian hanya sekitar satu meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai besar mengalir di negara ini, Sungai Rhine , Sungai Maas , Sungai Ijssel , dan Sungai Scelt , menyebabkan daratan Belanda berada di lembah-lembah sungai. Dengan kondisi geografi yang demikian, Belanda menjadi negara yang sangat rentan terhadap banjir. Tercatat, di tahun 1953, terjadi banjir besar dengan ribuan korban jiwa di Belanda.  Sejak itu, mereka belajar,

Juli - kepanikan mencari sekolah

  Juli, akan selalu mengingatkan saya pada masa-masa liburan sekolah. Dan mulai tahun ini, dan beberapa tahun mendatang, secara berkala, akan menjadi bulan-bulan yang disibukkan dengan kegiatan mencari - mendaftar sekolah untuk anak-anak. Tahun-tahun sebelum ini, setidaknya selama enam tahun ini, bulan Juli menjadi bulan yang paling menyenangkan. Karena di bulan inilah anak-anak memulai libur musim panasnya, sehingga perasaan yang muncul hanyalah senang, senang, dan senaaaang🤣. Nonton film (hampir) setiap hari, naik kereta api berkunjung ke museum, menikmati keramaian kota, menginap di rumah teman, barbeque, atau sekadar berjalan-jalan atau sepedaan menikmati sore di Wageningen dan yang paling menyenangkan adalah tak perlu bangun pagi-pagi 🤣, selama enam minggu. Tapi mulai tahun ini, bulan Juli akan memiliki kisah yang lain, bagi kami sekeluarga. Dan Juli tahun ini adalah Juli peralihan. Sebuah peralihan dari dua budaya pendidikan. Kami akan meninggalkan Belanda sebentar lagi. Bu

obat hectic

 Setelah semua keriuhan pindahan kemarin, ada penghiburan yang datang bertubi-tubi untuk kami, sekeluarga. Tuan rumah yang teramat sangat baik, ramah, hangat, yang menyediakan game 24jam tuk anak-anak; berjumpa dengan beberapa kawan-kawan lama di acara syukuran kawan yang barusaja mendapatkan pekerjaan di kota Praha, dan undangan makan siang di rumah Tante Vero. Mereka semua menyuguhkan makanan-makanan yang lezat yang tak sekadar mengisi perut kami yang kelaparan tapi juga menghangatkan hati kami.  Makanan, dimanapun itu, selalu berhasil menyatukan pribadi-pribadi yang berbeda, selama perut terisi penuh, hati akan pula terisi penuh. Tante Vero, perempuan baik hati yang kami kunjungi hari ini, adalah seorang Indonesia yang menikah dengan pria warga negara belanda. Sejak 2014 ia bersama suaminya membuka usaha warung makan di Wageningen. Radjawali nama warungnya.