Langsung ke konten utama

Hari gini masih nge-blog.....? (1)

Ya, saya. Saya masih nge-blog, bahkan bisa dikatakan saya baru memulai nge-blog...

Untuk apa? setelah facebook dan juga twitter, buat apa bersusah payah mem-blog..?

ini pertanyaan tentu saja untuk saya sendiri, untuk mencari sebab musabab kenapa saya memulai satu hal yang mungkin saat ini sudah ditinggalkan bahkan dilupakan banyak orang, sehingga dari musabab tersebut saya dapat tentukan tujuan atas tindakan saya, serta mengambil langkah-langkah pemenuhannya.

Bandingkan saja dengan facebook dan twitter, tinggal ketak-ketik isian kolom status dan klik... sedetik kemudian komentar dan jempol bermunculan, cepat-ringkas-puas! makin banyak jempol, makin banyak komentar, makin puas si penulis status. facebook seperti memasak Indomie Kari Ayam, didihkan air, masukkan mie, siapkan mangkuk berisi bumbu, tuang mie ke dalam mangkuk, dan siap disantap. hanya perlu 5 menit tuk menikmatinya.

Bagaimana dengan Blog? Blog seperti memasak bakmi jawa. siapkan ayam, masukkan dalam air mendidih untuk dibuat kaldu. sementara menunggu kaldu siap, kupas bawang putih-bawang merah, siapkan merica, kemiri dan ebi, lalu haluskan semua bumbu. kemudian masukkan bumbu ke dalam kaldu, lalu masukkan mie dan juga telor ke dalam kaldu, jangan lupa siapkan sayuran dan bawang goreng saat dihidangkan. jika semua dilakukan dalam satu waktu, minimal diperlukan 1 jam tuk dapat menikmatinya.

lalu...kenapa saya memilih nge-blog dengan kepayahan (susah, ribet, njlimet) begitu... Indomie kari ayam memang nikmat, tapi memasak bakmi jawa membawa kepuasan tersendiri, terlebih jika bule belanda pun ikut menikmatinya..

Saya ingin nge-blog dan bersedia menanggung kepayahannya. mengawalinya dengan membuat blog di blogspot, mengutak-atik template dan layout, mengupload foto, dan memposting tulisan, yang berarti mencari materi-materi untuk saya rangkai untuk kemudian saya upload. Anak-anak saya sedang bertumbuh dan saya tertarik sekali mengikuti tahap pertumbuhan mereka sekaligus mengisi pertumbuhan mereka dengan hal-hal yang menarik menurut saya, suami saya sedang memulai kariernya sebagai dosen di Universitas Gadjah Mada, dan saya pun merangkai mimpi-mimpi kecil saya satu persatu. inilah yang menjadi alasan utama sekaligus sebab saya memulai sebuah blog. 

Nge-blog buat saya lebih sebagai pemuas kebutuhan saya. Dalam hierarkinya Maslow terdapat 5 tingkatan kebutuhan manusia, yaitu: physiological need, safety need, belongingness need, esteem need dan self-actualization. Setelah sandang, pangan, papan, rasa aman dan juga cinta dan kepemilikan saya dapatkan, sekarang saatnya saya memenuhi dua kebutuhan sisanya, kebutuhan akan harga diri -menghargai diri sendiri sekaligus dihargai oleh orang lain- dan juga kebutuhan untuk mengaktualisasi diri. dan blog adalah salah satu cara, yang menurut saya, dapat saya pakai untuk memenuhinya.

Saat ini saya adalah Ibu Rumah Tangga, ditengah rutinitas yang monoton dan membosankan, inilah cara saya menghargai dan mengaktualisasikan diri saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

God Create World, Dutch...

Empat tahun tinggal di Belanda, membuat saya bisa sedikit mengerti bagaimana Orang-orang Belanda itu... Hangat, to the point tapi juga pintar berbasa-basi (tapi ngga mbulet-mbulet seperti orang jawa 😅), dan karakter yang menonjol adalah pede alias tingkat kepercayaan diri mereka sangat tinggi. Setiba di negara ini, 24 Februari 2016 lalu, segera saya mendengar sesumbar "God Created World, Dutch created the Netherlands". Nether artinya lembah, Netherlands adalah tanah yang rendah. Sekitar 30% daratan Belanda berada di bawah permukaan laut, sebagian hanya sekitar satu meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai besar mengalir di negara ini, Sungai Rhine , Sungai Maas , Sungai Ijssel , dan Sungai Scelt , menyebabkan daratan Belanda berada di lembah-lembah sungai. Dengan kondisi geografi yang demikian, Belanda menjadi negara yang sangat rentan terhadap banjir. Tercatat, di tahun 1953, terjadi banjir besar dengan ribuan korban jiwa di Belanda.  Sejak itu, mereka belajar,

Juli - kepanikan mencari sekolah

  Juli, akan selalu mengingatkan saya pada masa-masa liburan sekolah. Dan mulai tahun ini, dan beberapa tahun mendatang, secara berkala, akan menjadi bulan-bulan yang disibukkan dengan kegiatan mencari - mendaftar sekolah untuk anak-anak. Tahun-tahun sebelum ini, setidaknya selama enam tahun ini, bulan Juli menjadi bulan yang paling menyenangkan. Karena di bulan inilah anak-anak memulai libur musim panasnya, sehingga perasaan yang muncul hanyalah senang, senang, dan senaaaang🤣. Nonton film (hampir) setiap hari, naik kereta api berkunjung ke museum, menikmati keramaian kota, menginap di rumah teman, barbeque, atau sekadar berjalan-jalan atau sepedaan menikmati sore di Wageningen dan yang paling menyenangkan adalah tak perlu bangun pagi-pagi 🤣, selama enam minggu. Tapi mulai tahun ini, bulan Juli akan memiliki kisah yang lain, bagi kami sekeluarga. Dan Juli tahun ini adalah Juli peralihan. Sebuah peralihan dari dua budaya pendidikan. Kami akan meninggalkan Belanda sebentar lagi. Bu

obat hectic

 Setelah semua keriuhan pindahan kemarin, ada penghiburan yang datang bertubi-tubi untuk kami, sekeluarga. Tuan rumah yang teramat sangat baik, ramah, hangat, yang menyediakan game 24jam tuk anak-anak; berjumpa dengan beberapa kawan-kawan lama di acara syukuran kawan yang barusaja mendapatkan pekerjaan di kota Praha, dan undangan makan siang di rumah Tante Vero. Mereka semua menyuguhkan makanan-makanan yang lezat yang tak sekadar mengisi perut kami yang kelaparan tapi juga menghangatkan hati kami.  Makanan, dimanapun itu, selalu berhasil menyatukan pribadi-pribadi yang berbeda, selama perut terisi penuh, hati akan pula terisi penuh. Tante Vero, perempuan baik hati yang kami kunjungi hari ini, adalah seorang Indonesia yang menikah dengan pria warga negara belanda. Sejak 2014 ia bersama suaminya membuka usaha warung makan di Wageningen. Radjawali nama warungnya.