Langsung ke konten utama

aku ga mau sekolah... di rumah aja...


Sekolah itu berat. bukan hanya karena harus membawa beragam buku dan menghafal isi nya. bahkan bagi bocah 4 tahun-pun, yang belum membawa buku ke sekolah dan belum menghafal kecuali gerak-lagu riang dan doa, sekolah itu berat...

lagi-lagi Sulung saya pagi kemarin berujar "aku ga mau sekolah...di rumah aja..." dag-dig-dug saya mendengarnya...huadduuuh...ko masih bersambung....apalagi Abahnya sedang workshop di PT. Pagilaran, Batang, saya sendirian...


Saya harus waspada, ia sudah membolos satu hari, semakin sering ia membolos sekolah akan semakin sulit membawanya kembali sekolah. 

Tidak mudah untuk menemukan alasan kenapa ia masih juga enggan pergi sekolah, di 4 tahun usianya ia hanya akan menjawab "ya" ketika ditanya "kenapa". Saya hanya bisa menerka-nerka sambi menggiringnya perlahan untuk tetap bersiap berangkat sekolah. dan syukur alhamdulillah pada akhirnya ia tetap berangkat sekolah :)

Sindrom 'ga mau sekolah' ini bukan yang pertama kali, biasanya terjadi saat berakhirnya libur panjang atau absen karena sakit, tetapi biasanya hanya sehari-dua hari saja. kali ini tampaknya lebih berat. 20-21-22 Mei kemarin Sulung saya absen sekolah karena demam batuk pilek, di hari pertama masuk sekolah setelah sembuh (23 Mei) ia tampak malu ketika disapa kawan-kawannya, dan sejak senin 27 Mei hingga pagi kemarin ia selalu berujar "aku ga mau sekolah..." 

Sepertinya Sulung saya mengalami tekanan, selama satu minggu ini ia selalu gelisah dan rewel saat bangun pagi, mulai dari tidak mau mandi, kalau mau mandi maunya mandi sama Ibu, tidak mau makan besar-besar, maunya makan kecil-kecil saja (besar suapannya jadi sebesar suapan adik) dan selalu sakit perut di saat akan berangkat.

Tekanan tersebut pasti ada penyebabnya, faktor di rumah atau faktor di sekolah. berada di rumah 3 hari berturut-turut (bahkan 5 hari beserta hari sabtu-minggu sebelumnya) bisa jadi menjadi saat-saat yang mengasyikkan, karena sakit ada kelonggaran yang saya berikan tuk mengurangi aktivitas fisiknya: nonton youtube banyak-banyak, baca buku banyak-banyak, tiduran banyak-banyak, dan main sedikit saja. kebetulan ia sangat suka kereta api, jadi video yang ia tonton adalah video kereta api dan buku yang ia baca adalah buku kereta api, ada 4 buku kereta api koleksinya. bisa jadi ini menjadi salah satu penyebab ia enggan berada di sekolah di mana ia harus taat pada perintah dan mengerjakan tugas.

Satu waktu ia berkata "aku ga mau nari bebek...". aah, ternyata ini sebab kedua kenapa ia enggan sekolah. Acara pelepasan siswa PAUD yang di gelar sabtu kemarin termasuk sumber ke-enggan-annya sekolah, Sulung saya tidak mau pentas tari bebek. :)

Menjalin komunikasi dengan guru dan meminta bantuannya untuk sedikit lebih perhatian adalah cara ampuh untuk mengatasi masalah 'mogok' sekolah seperti ini, orangtua akan mendorong semangatnya dari rumah dan guru yang akan menemaninya ketika di sekolah.

Bagaimana esok, ketika latihan tari bebek sudah berakhir, semoga saja ia tak lagi berujar "aku ga mau sekolah..."




Komentar

Postingan populer dari blog ini

God Create World, Dutch...

Empat tahun tinggal di Belanda, membuat saya bisa sedikit mengerti bagaimana Orang-orang Belanda itu... Hangat, to the point tapi juga pintar berbasa-basi (tapi ngga mbulet-mbulet seperti orang jawa 😅), dan karakter yang menonjol adalah pede alias tingkat kepercayaan diri mereka sangat tinggi. Setiba di negara ini, 24 Februari 2016 lalu, segera saya mendengar sesumbar "God Created World, Dutch created the Netherlands". Nether artinya lembah, Netherlands adalah tanah yang rendah. Sekitar 30% daratan Belanda berada di bawah permukaan laut, sebagian hanya sekitar satu meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai besar mengalir di negara ini, Sungai Rhine , Sungai Maas , Sungai Ijssel , dan Sungai Scelt , menyebabkan daratan Belanda berada di lembah-lembah sungai. Dengan kondisi geografi yang demikian, Belanda menjadi negara yang sangat rentan terhadap banjir. Tercatat, di tahun 1953, terjadi banjir besar dengan ribuan korban jiwa di Belanda.  Sejak itu, mereka belajar,

Juli - kepanikan mencari sekolah

  Juli, akan selalu mengingatkan saya pada masa-masa liburan sekolah. Dan mulai tahun ini, dan beberapa tahun mendatang, secara berkala, akan menjadi bulan-bulan yang disibukkan dengan kegiatan mencari - mendaftar sekolah untuk anak-anak. Tahun-tahun sebelum ini, setidaknya selama enam tahun ini, bulan Juli menjadi bulan yang paling menyenangkan. Karena di bulan inilah anak-anak memulai libur musim panasnya, sehingga perasaan yang muncul hanyalah senang, senang, dan senaaaang🤣. Nonton film (hampir) setiap hari, naik kereta api berkunjung ke museum, menikmati keramaian kota, menginap di rumah teman, barbeque, atau sekadar berjalan-jalan atau sepedaan menikmati sore di Wageningen dan yang paling menyenangkan adalah tak perlu bangun pagi-pagi 🤣, selama enam minggu. Tapi mulai tahun ini, bulan Juli akan memiliki kisah yang lain, bagi kami sekeluarga. Dan Juli tahun ini adalah Juli peralihan. Sebuah peralihan dari dua budaya pendidikan. Kami akan meninggalkan Belanda sebentar lagi. Bu

obat hectic

 Setelah semua keriuhan pindahan kemarin, ada penghiburan yang datang bertubi-tubi untuk kami, sekeluarga. Tuan rumah yang teramat sangat baik, ramah, hangat, yang menyediakan game 24jam tuk anak-anak; berjumpa dengan beberapa kawan-kawan lama di acara syukuran kawan yang barusaja mendapatkan pekerjaan di kota Praha, dan undangan makan siang di rumah Tante Vero. Mereka semua menyuguhkan makanan-makanan yang lezat yang tak sekadar mengisi perut kami yang kelaparan tapi juga menghangatkan hati kami.  Makanan, dimanapun itu, selalu berhasil menyatukan pribadi-pribadi yang berbeda, selama perut terisi penuh, hati akan pula terisi penuh. Tante Vero, perempuan baik hati yang kami kunjungi hari ini, adalah seorang Indonesia yang menikah dengan pria warga negara belanda. Sejak 2014 ia bersama suaminya membuka usaha warung makan di Wageningen. Radjawali nama warungnya.