Langsung ke konten utama

That was a good meeting!

Ini bukan cerita saya, ini cerita suami saya..

cerita tentang satu pertemuan pentingnya dengan para supervisor di program doktor yang sedang ditempuhnya, dan kemudian Ia bagi ceritanya pada saya.
tak semua detail Ia ungkap, dan dari sebagian itu, tak banyak pula yang saya ingat.
hanya satu yang berkesan buat saya, kalimat "That was a good meeting" keesokan harinya.

satu hari di bulan ketujuh program doktornya, ada satu pertemuan penting yang harus Ia lalui.
satu pertemuan evaluasi di enam bulan pertamanya. Evaluasinya rata-rata, cenderung rata-rata bawah, meskipun juga ada nilai dari beberapa parameter yang cukup tinggi. seperti kemampuan berbahasa nilainya tinggi (tentu saja, karena Ia menyelesaikan program masternya di Belgia, bahasa tak lagi menjadi kendala). Nilai rendah Ia dapatkan di penguasaan ilmu dan ketrampilan di lab, bisa dipahami karena ada sedikit penyimpangan ilmu dari yang sebelumnya Ia harapkan sebelum masuk doktor dengan realitas di lapangan yang ternyata mengharuskannya sedikit menyentuh dunia hortikultura dan genetika.

Ia marah, marah dihadapan para supervisornya, tidak menerima penilaian rendah yang diberikan dan berargumen, membantah semua penilaian dan menjabarkan setiap alasannya. satu yang saya ingat adalah Ia menyampaikan jikalau penilaian didasarkan pada kinerjanya dua tiga bulan terakhir, itu tidak adil, karena dua tiga bulan ini berbenturan dengan "summer break" dan orang-orang di Laboratorium (termasuk juga supervisor) tidak berada ditempat (pergi liburan) di saat ia memerlukan bimbingan.
Ia marah, barangkali dengan energi yang berlipat semua emosi yang sebelumnya sudah ia pendam terluapkan dan tersampaikan semua.

Meeting selesai dengan baik..
dan keesokan harinya, di satu waktu bertemu lagi dengan supervisornya, dalam kesempatan terpisah, mereka menyampaikan hal yang sama "That was a good meeting".. Luar Biasa!!

Marah-marah tapi berakhir dengan "that was a good meeting".


Komentar

Postingan populer dari blog ini

2020! Menulis (lagi)!

Saya, haruskah memperkenalkan diri (lagi)? Setelah sekian lama tak menulis, memulai kembali menulis rasanya seperti malam pertama, deg-deg-an tapi penasaran😳. Meski tak berlangsung lancar di saat pertama, nyatanya selalu terulang lagi, dan lagi, semoga begitu juga dengan menulis. Niatan bertahun-tahun lalu untuk rajin menulis, ternyata tak kunjung terlaksana, tengoklah ke belakang, Banyaknya tulisan yang terpajang di beranda ini, masih bisa dihitung dengan jari saban tahunnya. Sebab apa? Saya, Ibu rumah tangga, haruskah saya memperkenalkan diri (lagi)? Seseorang berkata, menjadi ibu rumah tangga akan membuatmu kehilangan hobi. Oh ya?? Membaca cerpen dan novel, menonton film di layar TV, mendengarkan cerita seorang kawan dan sesekali menulis adalah hal-hal menyenangkan yang biasa saya lakukan di waktu luang di kala saya belum berumah tangga. Kemudian, kesibukan rumah tangga hadir mengisi waktu-waktu yang tersisa di bangku kuliah, hingga kemudian tanpa sadar, dalam satu hari, semu...

Hari gini baru nge-blog.....? (2)

Merujuk lagi ke teorinya Abraham Maslow, seperti yang saya baca di kompas , harga diri adalah perasaan seseorang bahwa dirinya berharga, merefleksikan kebutuhan akan kekuatan untuk berprestasi, berkuasa dan kompeten di bidang tertentu sehingga yakin dalam menghadapi dunia sekelilingnya. Sedangkan aktualisasi diri merupakan realisasi seluruh potensi untuk menjadi kreatif dan bertindak bebas. Kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri masing-masing orang tidaklah sama dan perwujudan pemenuhannya pun tidak sama. Bagi saya, blog adalah media yang dapat saya pakai untuk memenuhi kebutuhan saya akan harga diri dan aktualisasi diri. Menurut saya ada 2 hal yang menarik di dunia blogging, yang pertama adalah teknik membuat tampilan fisik blog dan yang kedua teknik membuat materi blog. Ketika hari gini baru mulai nge-blog, saya seharusnya bisa membuat catatan online ini tak hanya sebatas catatan yang di-online-kan, saya seharusnya bisa membuat catatan ini menarik, dari segi tampilan fis...

Bermain banyak-banyak di Taman Bermain yang banyak

Entah, ada berapa banyak taman bermain di tempat kami tinggal, Wageningen, ini. Jumlahnya lumayan banyak untuk sebuah kota kecil, dengan luas 32.36 km persegi, dan dengan jumlah penduduk 38.774 orang (menurut wikipedia, 2019). Barangkali memang menjadi kebijakan pemerintah, di setiap lingkungan perumahan, selalu saja ada tersedia taman bermain anak. Anak-anak menyebutnya "speeltuin", bahasa belanda dari play ground atau taman bermain. Taman-taman tersebut pun beragam, ada yang luas, ada yang sempit, ada yang berpasir, ada yang berair (disediakan pompa air untuk anak-anak bermain air). Jenis mainannya pun beragam, ada yang menyediakan lapangan bola, lapangan basket, arena bermain sepeda, arena bermain sepatu roda, arena jumpalitan🤣 (parkour), area olahraga otot, atau mainan-mainan sekadar selayaknya sebuah taman bermain seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, rumah-rumahan, pasir, air, rumput. Musim semi dan musim panas (seperti sekarang) adalah masanya anak-anak be...