Anak ini, lama-lama menjadi semacam wikipedia berjalan untuk saya. Ia suka sekali membagikan isi kepalanya pada saya. Salah satu hobinya adalah membaca, meski buku pilihannya terbatas pada topik-topik yang ia sukai semacam peta, negara (geografi), perang (sejarah) dan bola.
Siang ini, saat kami makan siang, ia tiba-tiba berkata bahwa hari ini adalah hari terpendek.
"Oh ya?" saya bertanya memastikan
"Iya, Juf tadi bilang di sekolah" jawabnya
"Ini di sini juga ada "De kortste dag van het jaar'" lanjutnya sembari menunjukkan sebuah kalender.
Aih, itu kalender yang saya pikir tidak terpakai, sehingga saya pakai tuk corat coret di belakangnya..
Ada satu masa di mana Ia selalu bertanya dan saya tak tahu jawabannya,
tentang negara Eritrea, tentang nama pemain bola, tentang siapa lawan siapa di
perang dunia 2. Tapi saya tak ingin memutus rasa ingin tahunya, sehingga
saya hanya bisa menggiringnya menggunakan google untuk menemukan
wikipedia, mendapatkan informasi singkat di sana, atau melanjutkan
pertanyaannya ke Ayahnya.
'Memupuk rasa ingin tahu' adalah salah satu hal yang ingin pula saya tanamkan di anak-anak. Dalam definisi saya, menjadi pintar bukan pada mengetahui banyak hal dengan cara menghafal banyak banyak. Kemampuan menemukan informasi, mencari dan terus menggalinya itulah pintar.
Meski saya sadar, kemampuan ini hanya terbatas pada satu atau beberapa bidang yang disukai. Ketika ia menunjukkan minatnya di satu bidang, maka ia akan terus menggali informasi di bidang itu dan mendalaminya.
Menjadi pintar bukan berarti tahu segala hal bukan?
Cukup satu bidang, dan kuasai.
Dari sanalah kompetensi akan muncul.
Komentar
Posting Komentar