Langsung ke konten utama

Satu Waktu Ketika Saya Rindu Indonesia



Ini yang membuat saya serasa di rumah, serasa di tanah air sendiri, Indonesia.
Lupa dengan dinginnya salju yang turun dua hari lalu, lupa dengan rambut-rambut pirang dan kulit-kulit pucat bertubuh jangkung, lupa dengan beragam bahasa yang silih berganti mampir di telinga, dan sejenak lupa dengan keju dan kentang. 



Kami, Ibu-ibu "dependent", Ibu-ibu yang datang ke satu kota kecil di Belanda untuk membersamai suami kami untuk melanjutkan cita-citanya. Atas nama cinta, kami datang ke kota ini, meninggalkan segala kenyamanan di tanah air, dan membangun satu kenyamanan baru di rantau. Ini  salah satunya.

Berkumpul, berbagi cerita, bertukar resep masak dan makan bersama, menjadi satu hiburan yang teramat menyenangkan untuk saya. Tentu saja kami bisa melakukannya di hari kerja, karena kami tak bekerja di luar sana. kami bekerja dengan jam kerja kami sendiri, kami belajar dengan jam belajar kami sendiri, hingga memungkinkan bagi kami tuk menentukan satu hari tuk berkumpul bersama.
Tapi anak-anak dan suami tetap berada di urutan pertama prioritas kami, jelang makan siang masing-masing kami membuka hp, menyapa yang tercinta dan mengundangnya untuk datang bergabung bersama kami di tengah rutinitas kampus.

Percakapan kami didominasi dengan rutinitas kami. Dalam tawa, kami menggolongkan diri dalam kelompok Ibu yang harus masak nasi lauk lengkap vs Ibu yang cukup menyiapkan roti-selai-susu-sereal untuk bekal suami, hingga obrolan tentang "me time" kami dengan cerita cerita korea, karena sebagian besar dari kami adalah penggemar drama korea. Sayangnya saya tidak 😎😎. 

















Di mana anak-anak? Ini hari kerja, dan juga hari sekolah, tentu saja mereka masih berada di sekolah. Dan kami menyiapkan menu makan siang hari itu bersama-sama. Mereka datang usai sekolah berakhir, membuat rumah semakin riuh dengan gelak tawa dan teriakan khas bocah. 



Apa sih menu hari itu? Ya, kami memasak menggunakan mie, jamur, daun bawang, dan beragam saus. Kami memasak Mie Ayam A la Chef Andra, bakwan, pastel goreng dan Pie Apple Hangat yang dibuat Teh Nurul.
Foto menu? Tak Ada. Kami terlalu risau memikirkan perut anak-anak kami (dan juga perut kami) yang sudah terlalu lapar seusai sekolah, tak sempat foto makanan 😂





Komentar

Postingan populer dari blog ini

2020! Menulis (lagi)!

Saya, haruskah memperkenalkan diri (lagi)? Setelah sekian lama tak menulis, memulai kembali menulis rasanya seperti malam pertama, deg-deg-an tapi penasaran😳. Meski tak berlangsung lancar di saat pertama, nyatanya selalu terulang lagi, dan lagi, semoga begitu juga dengan menulis. Niatan bertahun-tahun lalu untuk rajin menulis, ternyata tak kunjung terlaksana, tengoklah ke belakang, Banyaknya tulisan yang terpajang di beranda ini, masih bisa dihitung dengan jari saban tahunnya. Sebab apa? Saya, Ibu rumah tangga, haruskah saya memperkenalkan diri (lagi)? Seseorang berkata, menjadi ibu rumah tangga akan membuatmu kehilangan hobi. Oh ya?? Membaca cerpen dan novel, menonton film di layar TV, mendengarkan cerita seorang kawan dan sesekali menulis adalah hal-hal menyenangkan yang biasa saya lakukan di waktu luang di kala saya belum berumah tangga. Kemudian, kesibukan rumah tangga hadir mengisi waktu-waktu yang tersisa di bangku kuliah, hingga kemudian tanpa sadar, dalam satu hari, semu...

Hari gini baru nge-blog.....? (2)

Merujuk lagi ke teorinya Abraham Maslow, seperti yang saya baca di kompas , harga diri adalah perasaan seseorang bahwa dirinya berharga, merefleksikan kebutuhan akan kekuatan untuk berprestasi, berkuasa dan kompeten di bidang tertentu sehingga yakin dalam menghadapi dunia sekelilingnya. Sedangkan aktualisasi diri merupakan realisasi seluruh potensi untuk menjadi kreatif dan bertindak bebas. Kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri masing-masing orang tidaklah sama dan perwujudan pemenuhannya pun tidak sama. Bagi saya, blog adalah media yang dapat saya pakai untuk memenuhi kebutuhan saya akan harga diri dan aktualisasi diri. Menurut saya ada 2 hal yang menarik di dunia blogging, yang pertama adalah teknik membuat tampilan fisik blog dan yang kedua teknik membuat materi blog. Ketika hari gini baru mulai nge-blog, saya seharusnya bisa membuat catatan online ini tak hanya sebatas catatan yang di-online-kan, saya seharusnya bisa membuat catatan ini menarik, dari segi tampilan fis...

Bermain banyak-banyak di Taman Bermain yang banyak

Entah, ada berapa banyak taman bermain di tempat kami tinggal, Wageningen, ini. Jumlahnya lumayan banyak untuk sebuah kota kecil, dengan luas 32.36 km persegi, dan dengan jumlah penduduk 38.774 orang (menurut wikipedia, 2019). Barangkali memang menjadi kebijakan pemerintah, di setiap lingkungan perumahan, selalu saja ada tersedia taman bermain anak. Anak-anak menyebutnya "speeltuin", bahasa belanda dari play ground atau taman bermain. Taman-taman tersebut pun beragam, ada yang luas, ada yang sempit, ada yang berpasir, ada yang berair (disediakan pompa air untuk anak-anak bermain air). Jenis mainannya pun beragam, ada yang menyediakan lapangan bola, lapangan basket, arena bermain sepeda, arena bermain sepatu roda, arena jumpalitan🤣 (parkour), area olahraga otot, atau mainan-mainan sekadar selayaknya sebuah taman bermain seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, rumah-rumahan, pasir, air, rumput. Musim semi dan musim panas (seperti sekarang) adalah masanya anak-anak be...