Langsung ke konten utama

Memahami Charlotte Mason dengan Narasi

Oleh karena itu, disinilah saya sekarang, membaca Buku Cinta Yang Berpikir karya Ellen Kristi. Saya membacanya ulang bersama komunitas CMbernarasi yang digagas oleh Mba Laila Utari dan Mba Rachel Ratna. Baru dua minggu saya bergabung, dan ternyata baru sedikit sekali yang saya pahami dari pemikiran-pemikiran Charlotte Mason.
Dalam komunitas ini, perlahan saya memahami dua prinsip pendidikan Charlotte Mason, yaitu Narasi dan Living Book. (catatan: apa yang saya bagikan saat ini, adalah apa yang saya pahami saat ini, barangkali nanti, seiring waktu, dalam pembelajaran saya yang perlahan, saya akan menemukan pemahaman-pemahaman baru, yang bisa jadi menambah pemahaman saat ini, atau bahkan mengkoreksi pemahaman saat ini).

Apakah itu? Narasi adalah cara menceritakan kembali apa yang sudah dibaca atau didengar. Anak mencerna bacaannya secara swadaya sehingga pengetahuan yang diperolehnya adalah miliknya sendiri.
Dan disinilah komunitas CMbernarasi berperan. Sebelum para Ibu meminta anak-anak bernarasi, Ibu harus paham dulu bagaimana prinsip bernarasi, dengan cara melakukannya terlebih dahulu. Dan buku yang dipilih untuk dinarasikan adalah buku dasar dalam bahasa Indonesia untuk mempelajari pemikiran - pemikiran Charlotte Mason yaitu Cinta Yang Berpikir.

Kelas pertama yang saya ikuti, selasa dua minggu yang lalu. Kami, anak-anak Laila Utari, diminta untuk membaca dua paragraf dari buku Cinta Yang Berpikir. Dua paragraf saja. Tampak mudah bukan? Kami membaca dua paragraf, kemudian menceritakan ulang, sesuai pemahaman kami. (Saat menceritakan ulang, kita menceritakannya berdasarkan apa yang kita ingat (tanpa membacanya lagi), dari aktivitas inilah, kita mengingat apa yang bisa kita pahami dari bacaan tadi).

Narasi ini tetap memegang prinsip "short lesson", hanya dua paragraf saja, selesai dalam waktu tak lebih dari 5 menit ditambah 5 menit waktu untuk bernarasi. Kelas menjadi lama (durasi waktu sekitar 1.5 jam, dengan dua kali bacaan, karena narasi dilakukan bergantian)

Mengapa bernarasi? karena dari bernarasi itulah kita mengevaluasi seberapa jauh pemahaman kita akan suatu bacaan atau ajaran. Dengan mampu menceritakannya ulang, berarti kita memahaminya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

2020! Menulis (lagi)!

Saya, haruskah memperkenalkan diri (lagi)? Setelah sekian lama tak menulis, memulai kembali menulis rasanya seperti malam pertama, deg-deg-an tapi penasaran😳. Meski tak berlangsung lancar di saat pertama, nyatanya selalu terulang lagi, dan lagi, semoga begitu juga dengan menulis. Niatan bertahun-tahun lalu untuk rajin menulis, ternyata tak kunjung terlaksana, tengoklah ke belakang, Banyaknya tulisan yang terpajang di beranda ini, masih bisa dihitung dengan jari saban tahunnya. Sebab apa? Saya, Ibu rumah tangga, haruskah saya memperkenalkan diri (lagi)? Seseorang berkata, menjadi ibu rumah tangga akan membuatmu kehilangan hobi. Oh ya?? Membaca cerpen dan novel, menonton film di layar TV, mendengarkan cerita seorang kawan dan sesekali menulis adalah hal-hal menyenangkan yang biasa saya lakukan di waktu luang di kala saya belum berumah tangga. Kemudian, kesibukan rumah tangga hadir mengisi waktu-waktu yang tersisa di bangku kuliah, hingga kemudian tanpa sadar, dalam satu hari, semu...

Hari gini baru nge-blog.....? (2)

Merujuk lagi ke teorinya Abraham Maslow, seperti yang saya baca di kompas , harga diri adalah perasaan seseorang bahwa dirinya berharga, merefleksikan kebutuhan akan kekuatan untuk berprestasi, berkuasa dan kompeten di bidang tertentu sehingga yakin dalam menghadapi dunia sekelilingnya. Sedangkan aktualisasi diri merupakan realisasi seluruh potensi untuk menjadi kreatif dan bertindak bebas. Kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri masing-masing orang tidaklah sama dan perwujudan pemenuhannya pun tidak sama. Bagi saya, blog adalah media yang dapat saya pakai untuk memenuhi kebutuhan saya akan harga diri dan aktualisasi diri. Menurut saya ada 2 hal yang menarik di dunia blogging, yang pertama adalah teknik membuat tampilan fisik blog dan yang kedua teknik membuat materi blog. Ketika hari gini baru mulai nge-blog, saya seharusnya bisa membuat catatan online ini tak hanya sebatas catatan yang di-online-kan, saya seharusnya bisa membuat catatan ini menarik, dari segi tampilan fis...

Bermain banyak-banyak di Taman Bermain yang banyak

Entah, ada berapa banyak taman bermain di tempat kami tinggal, Wageningen, ini. Jumlahnya lumayan banyak untuk sebuah kota kecil, dengan luas 32.36 km persegi, dan dengan jumlah penduduk 38.774 orang (menurut wikipedia, 2019). Barangkali memang menjadi kebijakan pemerintah, di setiap lingkungan perumahan, selalu saja ada tersedia taman bermain anak. Anak-anak menyebutnya "speeltuin", bahasa belanda dari play ground atau taman bermain. Taman-taman tersebut pun beragam, ada yang luas, ada yang sempit, ada yang berpasir, ada yang berair (disediakan pompa air untuk anak-anak bermain air). Jenis mainannya pun beragam, ada yang menyediakan lapangan bola, lapangan basket, arena bermain sepeda, arena bermain sepatu roda, arena jumpalitan🤣 (parkour), area olahraga otot, atau mainan-mainan sekadar selayaknya sebuah taman bermain seperti ayunan, jungkat-jungkit, perosotan, rumah-rumahan, pasir, air, rumput. Musim semi dan musim panas (seperti sekarang) adalah masanya anak-anak be...