Saya memasuki ruang bersalin sekitar pukul 09.00 pagi. Sebuah ruangan yang sangat lapang berukuran kurang lebih 5 x 6 meter persegi. Satu ranjang bersalin menjadi titik pusatnya. di belakangnya tampak berjejer rangkaian peralatan medis yang tak saya ketahui apa nama dan fungsinya. Di sebelah kiri ranjang, ada sebuah meja geser kecil dengan layar menyala di atasnya.
Di dekat jendela kaca yang lebar, berseberangan dengan pintu masuk, terdapat sebuah sofa, dan satu meja + kursi makan yang terletak persis di depan TV. Sedangkan di sisi samping pintu masuk tampak wastafel, peralatan makan, juga beberapa almari yang ternyata berisi perlengkapan bayi (pampers) dan juga ibu (pembalut).Seorang perawat kemudian menghampiri kami. Saya hanya berdua dengan suami saat itu. Ia memperkenalkan dirinya dan meminta izin untuk melakukan pemeriksaan awal, bukaan dua katanya. Kemudian ia memasang rangkaian alat pemantau di perut saya yang terhubung dengan monitor di sebelah kiri ranjang. Alat tersebut merupakan alat pantau kontraksi, seberapa kuat dan seberapa sering.
Dokter yang akan membantu proses persalinan datang beberapa saat kemudian. Dan seperti perawat tadi, Ia memperkenalkan dirinya dan menyampaikan apresiasi atas kesabaran saya menahan sakit saat kontraksi hehehe... (sempat kaget dapat komentar begini, karena di Indonesia ya biasa aja, dibiarkan saja. Baru kalau teriak teriak dilarang he...)
Perawat kemudian meminta saya mandi, karena mandi bisa mempercepat proses bukaan selain membuat badan juga menjadi segar. Dan benar saja, pukul 11 kontraksi semakin kuat sehingga dokter kemudian memutuskan untuk segera memecah ketuban. Sekitar pukul 12 lebih pembukaan telah lengkap dan proses persalinan dimulai. Selain perawat dan dokter ada lagi satu perawat Senior yang mendampingi proses persalinan. Dokter yang memimpin. Memberikan arahan saat saya harus mengejan. "You are doing great"
Meski ini persalinan yang ketiga kalinya, tetap saja tak membuat saya menjadi pandai mengejan. Di persalinan pertama saya salah mengejan sehingga saya kehabisan energi dan akhirnya diselesaikan dengan operasi caesar. Di persalinan kedua, saya kesulitan mengeluarkan kepala bayi sehingga dibantu dengan alat vakum. Dan di persalinan ketiga inipun sama, mengeluarkan kepala bayi adalah hal yang paling sulit (buat saya). Tapi tampaknya dokter dan perawat-perawat tersebut masih tetap gigih menemani saya mengejan sembari menyampaikan kata-kata apresiasi tiap kali saya mengejan (saya mengejan berkali-kali he...).
Bersambung....
Komentar
Posting Komentar