Setelah melewati beragam drama, akhirnya kami memutuskan untuk mendaftarkan huda di sebuah sekolah swasta di jogja. Sebuah sekolah yang dalam pandangan kami, mendekati sekolah anak-anak di Belanda. Beberapa teman memang menyarankan kami untuk mendaftarkan anak-anak ke sekolah swasta alih-alih sekolah negeri.
Kenapa swasta?Saya yang selalu duduk di bangku sekolah negeri terbaik di tiap jenjang sekolah, sebenarnya sulit untuk memandang buruk sebuah sekolah negeri. Tak ada yang buruk pada citra sekolah negeri selama saya bersekolah. Deretan piala berjejer rapi di ruang tamu kepala sekolah, guru-gurunya dipuji sebagai guru-guru yang bagus, nilai akhir siswa di ujian akhir selalu di rangking tinggi kabupaten, lulusan-lulusannya sebagian besar melanjutkan ke jenjang sekolah selanjutnya di sekolah negeri yang bagus pula. Apalagi biaya sekolah negeri amat sangat terjangkau kala itu.
Tapi saya tak menutup mata, sekolah swasta yang di jaman saya kecil dulu seolah-olah merupakan sekolah tuk siswa-siswa yang tak mendapat tempat di sekolah negeri, sekarang bukan lagi seperti itu. Sekolah swasta berkembang dari segi kuantitas dan kualitas. maaing-masing sekolah tersebut seolah-olah berlomba-lomba menjadi yang terbaik. Sekolah swasta tak lagi bisa dipandang sebelah mata saat ini, ia justru menjadi semacam jawaban atas ketidakpuasan beberapa pihak yang peduli terhadap dunia pendidikan untuk memperbaiki kualitas pendidikan yang tampaknya begitu-begitu saja di sekolah sekolah negeri.
Dari sekian banyak sekolah menengah swasta, kami memutuskan untuk mendaftarkan Huda di SMP Tumbuh.
Komentar
Posting Komentar