Langsung ke konten utama

Masjid Termegah di Eropa

 Jikalau sebelumnya kami mengunjungi Gereja yang memiliki menara tertinggi di Eropa, maka selanjutnya, di hari yang sama, kami mengunjungi Masjid termegah dan terbesar di Eropa, yang juga terletak di kota Koln.


Masjid ini baru saja diresmikan tahun 2018 oleh Recep Tayyip Erdogan, presiden Turki (siapa yang tak kenal sosok ini?), empat tahun lalu. Kenapa beliau yang meresmikan? karena masjid ini "dibesarkan" (diramaikan, disemarakkan, dihidupkan) oleh komunitas orang-orang Turki muslim yang tinggal di kota Koln. Dalam pidatonya saat itu, Erdogan menyampaikan rasa terimakasihnya kepada pemerintah Jerman dan pemerintah Kota Koln pada khususnya yang tetap bersikukuh memberikan izin pembangunan masjid tersebut, padahal saat masjid dibangun selama beberapa tahun terdengar suara-suara protes yang menunjukkan keberatan terhadap pembangunannya. Erdogan juga menyatakan, pembangunan masjid ini merupakan langkah besar menuju hidup yang penuh perdamaian.

Zentralmoschee Koln atau Cologne Central Mosque nama masjid ini. Sebuah masjid yang berdiri di sebuah lahan yang sebelumnya (semenjak 1984) memang sudah dipergunakan sebagai Islamic Centre. Kondisi yang serba terbatas, seperti kebanyakan masjid di eropa, yang biasanya merupakan bekas gedung olahraga atau gedung pertemuan, membuat organisasi pengurus masjid tersebut ingin merombak dan mengubahnya menjadi masjid sebenar-benarnya masjid.
Izin pembangunan masjid baru disampaikan ke pemerintah Koln pada tahun 2001, dan pada tahun 2005 diselenggarakan sebuah kompetisi desain masjid dan dimenangkan oleh seorang arsitektur jerman bernama Paul Bohm. Desainnya unik, terbuka, sederhana dan "memorable" (gampang diingat), tentu ini hasil kesepakatan dari banyak pihak. Meski tampak sekali, sentuhan-sentuhan Turki mewarnai masjid. Mimbar berundak tinggi, sebagai tempat khutbah di tiap jumat, adalah salah satu ciri khas masjid-masjid Turki. Di sebelah kiri mimbar, terletak berurutan mihrab (tempat imam memimpin sholat sekaligus penanda arah kiblat) dan sebuah tempat untuk menyuarakan azan. Ketiga elemen penting dalam masjid ini terletak tepat di tengah-tengah masjid.

Sholat dhuhur dan ashar kami jamak di masjid ini. Sembari istirahat setelah lelah mengelilingi Kota Koln, kami menikmati keindahan bangunan masjid yang begitu lapang dan tampak mewah. Meski sebenarnya tempat sholat wanita dipisahkan di lantai atas, tapi beberapa wanita (termasuk saya) segera menuruni tangga dan menikmati keindahan masjid bersama keluarganya di lantai dasar. Karpetnya empuk berwarna hijau kebiruan (atau biru kehijauan😅), dinding kaca transparan membuat masjid tampak terang dan bersih. Lukisan-lukisan kaligrafi menghiasi dinding-dinding masjid.

Masjid ini dibangun dengan dana donatur yang terus mengalir hingga saat ini. Hal ini didorong oleh sebuah ajaran dalam agama Islam yang menyatakan bahwa orang yang membangun masjid di muka bumi, maka ia laksana sedang membangun surga untuknya besok di akhirat.  Bahkan, setiap doa orang-orang yang beribadah di masjid tersebut, doanya juga akan sampai kepada orang yang membangun masjid tersebut. Ajaran inilah yang membuat aliran dana mengalir deras.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

God Create World, Dutch...

Empat tahun tinggal di Belanda, membuat saya bisa sedikit mengerti bagaimana Orang-orang Belanda itu... Hangat, to the point tapi juga pintar berbasa-basi (tapi ngga mbulet-mbulet seperti orang jawa 😅), dan karakter yang menonjol adalah pede alias tingkat kepercayaan diri mereka sangat tinggi. Setiba di negara ini, 24 Februari 2016 lalu, segera saya mendengar sesumbar "God Created World, Dutch created the Netherlands". Nether artinya lembah, Netherlands adalah tanah yang rendah. Sekitar 30% daratan Belanda berada di bawah permukaan laut, sebagian hanya sekitar satu meter di atas permukaan laut. Sungai-sungai besar mengalir di negara ini, Sungai Rhine , Sungai Maas , Sungai Ijssel , dan Sungai Scelt , menyebabkan daratan Belanda berada di lembah-lembah sungai. Dengan kondisi geografi yang demikian, Belanda menjadi negara yang sangat rentan terhadap banjir. Tercatat, di tahun 1953, terjadi banjir besar dengan ribuan korban jiwa di Belanda.  Sejak itu, mereka belajar,
Suara notifikasi hp di pagi jelang siang ini membuat saya beranjak dari kursi. Sengaja saya jauhkan ia dari jangkauan, Seringkali ragam media sosial yang terpasang di hp mengganggu saya, membuat saya terjebak dalam jurang maya, sehingga saya memilih menjauh saat tersadar. Ternyata, satu kawan mencolek saya via instagram. Duh!! Bukan pada isi gambar yang ia bagikan, tapi colekannya mengingatkan pada satu percakapan pagi kemarin. "Dah dibelikan hp, diajak ke Belanda, mbok narsis dikit!!" "Suami lain mungkin ada yang keberatan istrinya main hp terus, lah ini malah kudu disuruh suruh sampai nangis ini" "Pak Barkah banget sih" Tak kuasa, tertawa juga akhirnya saya ketika nama Ayah saya disebut. "Memang" pendek saya menjawab. "Kenapa sih?" Ia mengejar, "Tanya Pak Barkah!" Jawab saya sambil terus tertawa. Tapi tampaknya ia mulai kesal.. "Update status" satu hal yang mungkin tampak sepele di mata banyak or

Juli - kepanikan mencari sekolah

  Juli, akan selalu mengingatkan saya pada masa-masa liburan sekolah. Dan mulai tahun ini, dan beberapa tahun mendatang, secara berkala, akan menjadi bulan-bulan yang disibukkan dengan kegiatan mencari - mendaftar sekolah untuk anak-anak. Tahun-tahun sebelum ini, setidaknya selama enam tahun ini, bulan Juli menjadi bulan yang paling menyenangkan. Karena di bulan inilah anak-anak memulai libur musim panasnya, sehingga perasaan yang muncul hanyalah senang, senang, dan senaaaang🤣. Nonton film (hampir) setiap hari, naik kereta api berkunjung ke museum, menikmati keramaian kota, menginap di rumah teman, barbeque, atau sekadar berjalan-jalan atau sepedaan menikmati sore di Wageningen dan yang paling menyenangkan adalah tak perlu bangun pagi-pagi 🤣, selama enam minggu. Tapi mulai tahun ini, bulan Juli akan memiliki kisah yang lain, bagi kami sekeluarga. Dan Juli tahun ini adalah Juli peralihan. Sebuah peralihan dari dua budaya pendidikan. Kami akan meninggalkan Belanda sebentar lagi. Bu