Hendrawal Nadesul, nama dokter tersebut. Beliau menulis dengan ringan sebuah topik yang sekarang tampak normal tapi sesungguhnya berlebihan. Tentang resep dokter. Tulisannya bisa jadi sesungguhnya ditujukan untuk rekan-rekan seprofesinya, para dokter. Tapi kitapun, para pasien (siapa yang belum pernah menjadi pasien? rasanya, setiap kita adalah pasien😅) bisa belajar banyak dari tulisan ringan Dokter Hendrawan Nadesul tersebut.
Adalah Prof Iwan Darwansjah yang mengajarkan kepada Dokter Hendrawan Nadesul, semasa kuliah, bagaimana menuliskan sebuah resep. Dokter perlu bijak dan arif untuk hal ini.
Seringkali keluhan keluhan yang disampaikan oleh pasien (ya kita-kita ini) sesungguhnya tidak memerlukan obat untuk diresepkan. Sebagian besar keluhan sebenarnya disebabkan karena kekeliruan memilih gaya hidup.
Hipertensi ringan, gula darah tinggi, pusing, pegal-pegal belum tentu memerlukan obat. Yang diperlukan terkadang "hanyalah" perbaikan gaya hidupnya. Kurangi konsumsi garam, kurangi konsumsi gula, perbanyak aktivitas fisik, giatkan olahraga, minum air putih. Sudahkah itu dijalankan dengan benar?
Resep yang bijak menurut Prof Iwan Darwansjah justru adalah resep yang sependek mungkin, semurah mungkin disesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien.
Fenomena yang terjadi saat ini di Indonesia adalah dokter memberikan resep berderet-deret untuk masing-masing keluhan yang dirasakan oleh pasien, bahkan seringkali memberikan resep berlebih dengan dosis tinggi. Sementara di sisi yang lain, di pihak pasien pun, menginginkan agar sesegera mungkin keluhan-keluhan yang dirasakan lenyap, semakin cepat semakin tokcerr. Padahal dibalik obat-obat kimiawi tersebut terdapat risiko yang dibebankan pada ginjal pasien selain tentu saja beban keuangan yang memberatkan kantong.
---
Apa yang disampaikan Dokter Hendrawan Nadesul tersebut sejalan dengan yang dijalankan oleh Dokter-dokter di Belanda tempat kami tinggal saat ini. Bahkan seingat saya, selama kami sekeluarga berobat ke dokter belum pernah diberikan resep untuk ditebus di apotik kecuali satu obat/suplemen untuk meningkatkan kadar besi. Pemberian suplemen inipun setelah melewati tahap laboratorium cek darah, tidak hanya didasarkan pada keluhan-keluhan yang saya sampaikan sebagai pasien kala itu.
Sedangkan sakit semacam demam, batuk, pilek, cacar, hanya akan didengarkan keluhannya oleh dokter, diperiksa stetoskop sebentar dan disarankan untuk perbanyak istirahat, perbanyak tidur, perbanyak minum, dan konsumsi buah dan sayur. Tanpa ada satu baris resep yang diberikan.
Corona beberapa waktu lalu? Tanpa komplikasi dengan penyakit lain semacam jantung, diabetes ataupun penyakit berat yang lain, dokter hanya akan menyarankan untuk istirahat di rumah, jauhi kontak fisik dengan orang sekitar dan makan makanan sehat. Hanya diperlukan waktu (sekitar satu minggu) untuk kesembuhannya.
---
Barangkali karena itulah Dokter Hendrawan Nadesul menulis secara terbuka dengan bahasa sederhana. Beliau bisa mengingatkan rekan-rekan seprofesinya sekaligus juga memberikan pengetahuan kepada pasien mengenai perlu dan tidaknya obat untuk diresepkan.
Anda tipe pasien yang mana?
Nb: tulisan lengkap dokter Hendrawan Nadesul bisa dilihat di laman facebooknya beliau yaa🤗
Komentar
Posting Komentar